3 brigadir jenderal Myanmar dijatuhi hukuman mati setelah mereka menyerahkan kota strategis kepada pejuang etnis minoritas

YANGON - Junta Myanmar telah menjatuhkan hukuman mati kepada tiga brigadir jenderal yang menyerah bersama ratusan tentara dan menyerahkan sebuah kota strategis di perbatasan Tiongkok kepada pejuang etnis minoritas pada Januari lalu, kata narasumber militer pada Senin (19/2).

Ratusan tentara meletakkan senjata mereka dan menyerahkan Kota Laukkai di Negara Bagian Shan kepada aliansi kelompok bersenjata etnis setelah berbulan-bulan pertempuran yang menyebabkan militer kehilangan sebagian besar wilayahnya.

Penyerahan tersebut merupakan salah satu kerugian terbesar bagi militer dalam beberapa dekade, dan memicu kritik lebih lanjut terhadap kepemimpinan junta oleh para pendukungnya.

Setelah menyerah, para perwira dan pasukannya diizinkan oleh aliansi untuk meninggalkan daerah tersebut.

"Tiga brigadir jenderal, termasuk komandan Kota Laukkai, dijatuhi hukuman mati," kata seorang narasumber militer kepada kantor beritaAFPtanpa menyebut nama karena ia tidak berwenang untuk berbicara dengan media.

"Tiga brigadir jenderal lainnya dihukum penjara seumur hidup karena peran mereka dalam penyerahan diri di Laukkai," imbuh narasumber lain.

Laukkai adalah kota terbesar yang berhasil direbut oleh aliansi 3 kelompok bersenjata etnis. Aliansi tersebut sebelumnya pernah melancarkan serangan mendadak di sebagian besar wilayah utara Myanmar pada akhir Oktober dan telah merebut beberapa kota dan pusat perdagangan yang menguntungkan di sepanjang perbatasan dengan Tiongkok.

Laukkai kemudian menjadi terkenal karena operasi penipuanonlineyang melibatkan ribuan warga Tiongkok dan warga negara asing lainnya untuk menipu rekan senegaranya melalui internet.

Keberhasilan aliansi ini telah mendorong apa yang disebut Pasukan Pertahanan Rakyat yang berdedikasi untuk menjungkirkan kudeta 2021 yang menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi, untuk melancarkan serangannya sendiri di seluruh Myanmar.

Para pengamat mengatakan serangan gencar tersebut telah menempatkan junta dalam posisi paling rentan sejak mereka merebut kekuasaan.

Pada Februari ini junya mengumumkan bahwa mereka akan mulai merekrut pria dan perempuan muda untuk mengikuti wajib militer karena situasi saat ini. AFP/I-1

Baca Juga: