Pada pertempuran di Myanmar barat dilaporkan bahwa pasukan junta telah menculik warga yang terdiri dari biksu, orang tua, anak-anak, dan perempuan hamil untuk digunakan sebagai tameng manusia.

YANGON - Kantor beritaRadio Free Asia(RFA) yang mengutip keterangan dari penduduk pada Rabu (22/11) melaporkan bahwa hampir 100 warga sipil terjebak dalam pertempuran di Myanmar barat pada Selasa (21/11) lalu. Penduduk juga melaporkan bahwa ketika pertempuran di Negara Bagian Rakhine antara Tentara Arakan (AA) dan pasukan junta berlanjut di Kota Pauktaw yang disengketakan, terjadi peningkatan warga yang diculik dan cedera di seluruh wilayah.

"Pasukan junta menculik hampir 100 orang, termasuk biksu, orang tua, anak-anak, dan perempuan hamil di Pauktaw untuk digunakan sebagai tameng manusia," laporRFA.

Warga sipil diculik pada 16 November ketika Tentara Arakan merebut kantor polisi Pauktaw, yang sebelumnya ditempati oleh pasukan junta. Sebagai pembalasan, rezim menyerang wilayah pesisir dengan menembakkan persenjataan dari kapal angkatan laut dan pesawat terbang.

Pada pekan berikutnya, tentara dan polisi junta telah merebut kembali Pauktaw dan berpatroli di lingkungan sekitar.

"Tentara Arakan kembali menguasai kota itu pada Selasa dan menyelamatkan warga sipil yang ditangkap," demikian pernyataan yang dirilis kelompok tersebut.

Pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa rezim tersebut sering menggunakan artileri berat dan meluncurkan roket dari kapal dan pesawat.

Junta menyatakan mereka telah menguasai Pauktaw sebelum hari Selasa, namun pengumuman juru bicara junta, Mayjen Zaw Min Tun, di surat kabar yang dikendalikan militer, tidak menyebutkan perihal orang-orang yang ditangkap tersebut.

Serangan Udara

Pertempuran antara kedua kelompok tersebut juga berdampak pada warga sipil di timur laut negara bagian tersebut. Pada Senin (20/11) malam di Kota Paletwa di perbatasan Negara Bagian Chin, delapan warga sipil, termasuk lima anak-anak, mengalami luka-luka dalam serangan udara junta.

"Beberapa anak berada dalam kondisi kritis setelah mereka terkena pecahan bom saat mandi di sungai," kata seorang perempuan dari Desa Mee Zar, yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut akan pembalasan. "Anak-anak diserang ketika mereka kembali dari mandi di sungai dekat desa. Orang-orang dewasa diserang ketika mereka hendak mengambil barang. Saya dengar korban luka berada dalam kondisi kritis. Saat ini kami sedang bersembunyi saat mendengar suara pesawat. Saya masih khawatir hal itu akan terjadi lagi," imbuh dia.

Terkait pemboman udara tersebut,RFAtelah menghubungi juru bicara junta di Negara Bagian Chin, Kyaw Soe Win, melalui telepon, namun dia tidak memberikan tanggapan hingga berita ini dimuat.

Desa Mee Zar berjarak sekitar 10 kilometer dari Desa Hta Run Aing di Kotapraja Paletwa, tempat bentrokan lain antara tentara junta dan Tentara Arakan meletus, kata penduduk setempat.

Pada Senin malam, sebuah gereja Kristen di Kota Lalengpi, Kotapraja Matupi, hancur akibat serangan udara junta, menurut penduduk setempat. Dilaporkan pula bahwa sebelas warga, termasuk delapan anak-anak, tewas dalam pemboman udara di Desa Vuilu di Kota Matupi pada malam tanggal 15 November lalu. RFA/I-1

Baca Juga: