Junta menyatakan akan mempertimbangkan konsensus yang telah dicapai pada KTT Asean untuk mengakhiri krisis di negara itu, namun semua itu bisa dilakukan setelah stabilitas tercapai di Myanmar.

YANGON - Junta yang berkuasa di Myanmar pada Selasa (27/4) menyatakan siap untuk mentaati seruan dari para pemimpin regional untuk mengakhiri aksi kekerasan dengan syarat stabilitas di negaranya telah pulih.

Pernyataan itu diutarakan setelah pemimpin junta, Jenderal Min Aung Hlaing, pada akhir pekan lalu menghadiri pertemuan tingkat tinggi (KTT) Association of Southeast Asian Nations (Asean) di Sekretariat Asean di Jakarta.

Pada akhir KTT Asean, para pemimpin regional di Asia tenggara berhasil mengeluarkan 5 butir konsensus yang menyerukan segera diakhirnya kekerasan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya, menciptakan dialog yang konstruktif di antara semua pihak yang berkepentingan harus dimulai untuk mencari solusi damai demi kepentingan rakyat, utusan khusus Asean akan memfasilitasi mediasi proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal Asean, Asean akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui Asean Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management (AHA Centre), dan yang terakhir utusan khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait.

"Kami akan mempertimbangkan saran konstruktif yang dibuat oleh para pemimpin Asean ketika situasi stabilitas di negara kami telah pulih," demikian pernyataan Dewan Administrasi Negara Myanmar (junta).

"Saran tersebut akan dipertimbangkan secara positif jika hal itu bisa memfasilitasi peta jalan (roadmap) yang dicanangkan junta dan melayani kepentingan negara serta didasari pada tujuan dan prinsip yang diabadikan dalam Asean," kata junta.

Serbuan Pemberontak

Sementara itu pada Selasa pagi dilaporkan telah terjadi pertempuran di Myanmar timur dekat perbatasan Thailand ketika pemberontak etnis minoritas Karen menyerang kamp militer yang merupakan pos terdepan militer.

Pasukan pemberontak Karen National Union (KNU) mengatakan bahwa telah merebut kamp militer di tepi barat Sungai Salween yang berbatasan dengan Thailand.

"Pasukan KNU telah mengambil pos terdepan sekitar pukul 05.00 hingga 06.00," ujar Saw Taw Nee, kepala urusan luar negeri kelompok pemberontak KNU.

Serangan itu telah dikonfirmasi juru bicara junta, Zaw Min Tun, dan ia menyatakan bahwa junta akan mengambil langkah-langkah balasan terkait serangan kelompok pemberontak itu.

Pada sore harinya, Gubernur Mae Hong Son di Thailand, Sithichai Jindaluang, melaporkan bahwa junta telah melakukan serangan udara ke arah utara dari kamp militer di Myanmar itu.

Sementara itu media Myanmar melaporkan sedikitnya satu orang ditembak mati di Kota Mandalay pada Senin (26/4). Terus jatuhnya korban jiwa itu terjadi setelah para pengunjuk rasa berjanji untuk meningkatkan penentangan terhadap junta dengan melaksanakan aksi nonkooperatif terhadap junta yang meminta orang-orang untuk berhenti membayar tagihan listrik dan pinjaman pertanian, serta menjauhkan anak-anak mereka dari sekolah. AFP/Ant/I-1

Baca Juga: