JAKARTA - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengumumkan laporan hasil survei yang dilakukan antara 18 Desember 2023 hingga 19 Januari 2024, di Jakarta pada Rabu (31/1). Hasilnya menunjukkan tingkat penetrasi pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 79,5 persen.

Dalam survei yang dilakukan antara 18 Desember 2023 hingga 19 Januari 2024, angka penetrasi tersebut berarti dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023 sebanyak 221.563.479 jiwa merupakan pengguna internet. Hal ini mencerminkan peningkatan signifikan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Ketua Umum APJII, Muhammad Arif, mengatakan, peningkatan ini adalah sebuah pencapaian yang mengesankan bagi Indonesia, yang terus berkomitmen untuk memperluas akses internet bagi semua lapisan masyarakat. Data yang dihimpun oleh APJII memberikan gambaran yang mendalam tentang bagaimana perkembangan ini mempengaruhi berbagai aspek masyarakat Indonesia.

Salah satu poin menarik adalah tingkat penetrasi pengguna internet berdasarkan gender. Saat ini, kontribusi pengguna internet laki-laki mencapai 50,7 persen dengan tingkat penetrasi sebesar 87,6 persen, sedangkan perempuan berkontribusi sebesar 49,1 persen dengan tingkat penetrasi 85,5 persen.

"Hal ini menunjukkan kesenjangan gender yang semakin berkurang dalam akses internet di Indonesia," kata Arif pada kesempatan tersebut.

Berdasarkan klasifikasi perkotaan dan pedesaan,kontribusi pengguna internet di wilayah perkotaan mencapai 69,5 persen dengan tingkat penetrasi 82,2 persen. Sementara itu di wilayah pedesaan, kontribusi mencapai 30,5 persen dengan tingkat penetrasi sebesar 74 persen.

" Ini menunjukkan bahwa upaya untuk memperluas akses internet di wilayah pedesaan masih menjadi tantangan yang harus diatasi," katanya.

Data APJII terbaru ini juga mengungkapkan tingkat penetrasi pengguna internet berdasarkan kelompok umur. Generasi Z (umur 12-27 tahun) memiliki tingkat penetrasi tertinggi dengan 87,02 persen, sementara generasibaby boomers(umur 60-78 tahun) memiliki tingkat penetrasi 60,52 persen.

Menurut Arif, data tersebut menunjukkan bahwa generasi muda tetap menjadi pengguna utama internet di Indonesia. Namun demikian generasi yang lebih tua juga semakin terlibat dalam pemanfaatan teknologi.

Selanjutnya, berdasarkan klasifikasi wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan tertinggi), daerah non-3T memiliki kontribusi sebesar 96,8 persen dengan tingkat penetrasi 80 persen. Sedangkan daerah tertinggal memiliki kontribusi 3,2 persen dengan tingkat penetrasi 67,6 persen.

Penting untuk mencatat bahwa secara regional, provinsi DI Yogyakarta menonjol sebagai provinsi dengan tingkat penetrasi pengguna internet tertinggi, yaitu mencapai 88, 7 persen. Sementara itu, provinsi Jawa Barat memiliki jumlah pengguna internet tertinggi, dengan 42,217,545 penduduk terkoneksi dengan internet.

"Pencapaian ini adalah hasil kolaborasi yang kuat antara sektor swasta dan pemerintah dalam upaya untuk memperluas akses internet di seluruh Indonesia. Kami berharap bahwa peningkatan ini akan membawa manfaat besar bagi perkembangan ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan," ucapnya.

Arif menegaskan, APJII berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga pertumbuhan positif dalam penetrasi pengguna internet di Indonesia. Data ini akan menjadi dasar penting untuk merencanakan langkah-langkah lebih lanjut dalam memastikan bahwa akses internet yang berkualitas tersedia untuk semua warga Indonesia.

Baca Juga: