JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi menegaskan bahwa vaksinasi masih menjadi salah satu upaya efektif menangkal dan menghentikan sebaran virus COVID-19. Namun disayangkan, akselerasi program vaksinasi di Indonesia masih terhambat adanya disinformasi di tengah masyarakat.

"Menurut laporan yang dilansir oleh Satgas COVID-19 per 22 Desember 2021, sudah terdapat lebih dari 153,5 juta penduduk Indonesia yang telah menerima vaksin dosis pertama dan sekitar 108,5 juta penduduk di antaranya telah menerima dosis kedua," kata Dedy dalam keterangan pers dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) - KPCPEN, Kamis (23/12).

Angka tersebut dikatakan Dedy masih belum memenuhi target sasaran vaksinasi nasional yaitu sebesar 208,2 juta penduduk. Dedy menjelaskan, dari riset yang dilakukan oleh John Hopkins Center for Communication Programs pada November 2021 terhadap 27.375 responden di Indonesia, 45 persen responden menyatakan keraguannya terhadap vaksinasi karena efek samping dari vaksin COVID-19.

Sedangkan sebanyak 31 persen responden lainnya bersedia untuk di vaksin, namun masih belum yakin dengan keamanannya.

Kemudian, kata Dedy, survei dari Palang Merah Indonesia yang didukung federasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit pada akhir September 2021, juga mengungkapkan dua faktor yang menjadi alasan utama masyarakat menolak vaksinasi COVID-19.

"Alasan pertama ialah takut akan injeksi beserta efek sampingnya dan yang kedua adalah masih mencari informasi komprehensif terkait vaksin," imbuh Dedy.

Selain itu diseminasi informasi yang benar ke masyarakat mengenai efek vaksinasi, kata Dedy masih terhambat dengan banyaknya hoaks di ruang digital.

"Hal ini tentunya sangat berbahaya dan memiliki dampak besar terhadap upaya negara untuk lepas dari jerat pandemi COVID-19," katanya.

Tidak hanya seputar vaksinasi, beragam hoaks terkait penyakit COVID-19 sendiri dan PPKM juga pada akhirnya membuat masyarakat menghiraukan bahaya yang ditimbulkan oleh virus tersebut.

Menurut data Kementerian Kominfo sejak Januari 2020 sampai 23 Desember 2021, hoaks dan disinformasi di ruang siber seputar COVID-19 masih bertambah.

Lebih lanjut ia memapaparkan persebaran hoaks dan tindak lanjut yang telah dilakukan.

  • Isu hoaks COVID-19: telah ditemukan 2036 isu pada 5294 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 4593 unggahan. Pemutusan akses telah dilakukan terhadap 5125 unggahan dan 169 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.
  • Isu hoaks vaksinasi COVID-19: telah ditemukan sebanyak 418 isu pada 2507 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 2315 unggahan. Pemutusan akses telah dilakukan terhadap seluruh unggahan tersebut.
  • Isu hoaks PPKM: telah ditemukan sebanyak 50 isu pada 1302 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 1284 unggahan. Pemutusan akses dilakukan terhadap 1112 unggahan dan 190 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.

"Pada minggu ini jika dilihat dari setiap topik hoaks terkait COVID-19, masih ada pertambahan isu dan angka sebaran yang melebihi angka dari minggu yang lalu," kata Dedy.

Secara keseluruhan, ungkapnya, pada minggu ini total pertambahan hoaks tentang COVID?19, vaksinasi COVID-19 dan PPKM adalah sebanyak 17 isu di 64 unggahan media sosial, sedangkan pada minggu sebelumnya terdapat total pertambahan 10 isu di 72 unggahan media sosial.

Pertama, untuk isu hoaks COVID-19 di minggu ini terdapat pertambahan sejumlah 10 isu dan 31 unggahan hoaks. Pada minggu sebelumnya pertambahan isu COVID-19 adalah sebanyak 6 isu dan 35 unggahan hoaks.

Kedua, untuk isu hoaks vaksinasi COVID-19, di minggu ini terdapat pertambahan sejumlah 6 isu dan 10 unggahan hoaks, di minggu sebelumnya pertambahan adalah sebanyak 4 isu dan 8 unggahan hoaks.

Ketiga, untuk isu hoaks PPKM di minggu ini ada pertambahan sejumlah 1 isu dan 23 unggahan hoaks, sementara pada minggu sebelumnya tidak terdapat pertambahan isu namun terdapat pertambahan sebaran hoaks PPKM sebanyak 29 unggahan.

Dedy menjelaskan, dari 17 isu hoaks seputar COVID-19 yang beredar selama seminggu terakhir, beberapa contoh hoaks dan disinformasi yang perlu ditangkal bersama.

Hoaks COVID-19 sudah hilang di Cianjur, Jawa Barat (17 Desember 2021) Disinformasi pendeta di Meksiko meninggal usai vaksin COVID-19 (18 Desember 2021)

  • Hoaks terdapat cairan iblis dalam kandungan vaksin COVID-19 yang akan menyebabkan kematian (19 desember 2021)
  • Hoaks ilmuwan Pfizer memperingatkan vaksinasi mingguan untuk varian Omicron mungkin diperlukan untuk mencegah lockdown (19 Desember 2021)
  • Hoaks vaksin Sinovac belum dilakukan uji coba untuk anak-anak Indonesia (19 desember 2021)

Disinformasi video bukti varian Omicron hanya dibuat-buat (20 Desember 2021)

  • Hoaks vaksin COVID-19 menyebabkan penyakit Prion (21 Desember 2021)

"Bahaya dari virus COVID-19 harus kita sadari bersama, jangan sampai kita percaya dengan informasi yang tidak benar dan mengganggap COVID-19 telah lenyap," tegas Dedy.

Kesempatan yang sama, ia juga mengingatkan, dalam merayakan hari Natal agar masyarakat mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan. Seperti menjaga jarak dan hindari mobilisasi yang tidak diperlukan.

"Bagi seluruh masyarakat Indonesia, mari kita hentikan persebaran hoaks, gunakan masker, dukung upaya vaksinasi, dan ikut serta dalam menekan angka persebaran COVID-19 di tanah air," ajaknya.

Baca Juga: