KYIV - Presiden Joko Widodo(Jokowi) mengakhiri perjalanannya ke Ukraina dan Russia dengan mengatakan dia mengharapkan kemajuan dalam mengintegrasikan kembali jalur pasokan pangan dan pupuk global yang terganggu oleh konflik, dan menawarkan untuk menjadi jembatan diplomatik antara kedua negara.

Jokowi yang merupakan presiden G20 tahun ini, berbicara pada konferensi pers bersama timpalannya dari Russia Vladimir Putin setelah pertemuan bilateral di Moskow pada Kamis (30/6). Perjalanannya mengikuti kunjungan ke Kyiv pada Rabu di mana ia bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.

"Saya sangat mengapresiasi Presiden Putin yang sebelumnya mengatakan akan memberikan jaminan keamanan pasokan pangan dan pupuk baik dari Russia maupun Ukraina. Ini merupakan kabar baik," kata Jokowi,

"Demi kemanusiaan, saya juga mendukung upaya PBB untuk mengintegrasikan kembali komoditas pangan dan pupuk Russia dan komoditas pangan Ukraina untuk masuk kembali ke rantai pasokan dunia," katanya.

Seperti dikutip dari Reuters, Jokowi mengatakan, telah mendesak para pemimpin G7 dalam pertemuan yang dia hadiri di Jerman minggu ini untuk memastikan sanksi terhadap Russia tidak mempengaruhi pasokan makanan dan pupuk.

Perang di Ukraina telah menyebabkan gangguan besar pada perdagangan global, dengan harga gandum melonjak di tengah blokade pelabuhan Ukraina dan sanksi terhadap komoditas Russia seperti minyak, gas, dan pupuk.

Berbicara bersama Jokowi di Moskow, Putin membantah Russia memblokir ekspor gandum Ukraina.

"Militer Ukraina telah menaruh ranjau di pelabuhan mereka. Tidak ada yang mencegah mereka membersihkan ranjau itu dan kami menjamin keamanan pengiriman biji-bijian dari sana," katanya.

Sebagai presiden G20 tahun ini, Jokowi telah berusaha untuk menambal perpecahan pada kelompok yang terpapar oleh perang di Ukraina dan ancaman untuk memboikot KTT jika Russia hadir, serta memanfaatkan posisi non-blok negaranya untuk mendorong perdamaian.

Pada Kamis, dia mengatakan telah menyampaikan pesan dari Zelenskiy kepada Putin, dan mengatakan Indonesia tetap bersedia menjadi "jembatan komunikasi" antara kedua pemimpin. Dia tidak mengatakan apa yang ada dalam pesan itu.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mengatakan telah melakukan panggilan telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres dan Ketua Komite Palang Merah Internasional, antara lain tentang krisis pangan dan kemungkinan cara untuk mengintegrasikan kembali Ukraina dan Russia ke dalam rantai makanan global.

Baca Juga: