BADUNG - Presiden RI, Joko Widodo, menginginkan negara-negara kelompok G20 dapat menjadi katalis pemulihan ekonomi dunia yang inklusif di tengah situasi yang sulit seperti saat sekarang ini.

Jokowi saat membuka Forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11), mengatakan di tengah situasi sangat sulit, G20 terus bekerja agar menghasilkan capaian yang konkret demi pemulihan global melalui berbagai upaya.

Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa mata seluruh dunia tertuju pada Forum G20 sehingga KTT tersebut harus berhasil dilaksanakan dan tidak boleh mengalami kegagalan guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia.

"Keberhasilan hanya dapat tercapai apabila kita semua tanpa terkecuali berkomitmen bekerja keras menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghadirkan sesuatu yang konkret yang bermanfaat bagi dunia," kata Jokowi.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Guterres, saat jumpa pers menjelang KTT G20, di Nusa Dua, Bali, mengapresiasi keketuaan G20 Indonesia karena bisa berlangsung meskipun dunia dalam kondisi yang cukup rumit.

"Indonesia mendemonstrasikan kemampuan besar untuk menyatukan para pihak untuk berdialog dan mendorong solusi," kata Guterres.

Dia pun berharap posisi Indonesia sebagai ketua Asean tahun depan bisa memberikan solusi atas krisis di Myanmar.

Guterres pun berharap para delegasi dalam pertemuan itu akan fokus pada pembahasan iklim, krisis pangan, energi, dan transformasi digital. "Pesan saya tentang pangan adalah kita perlu bertindak untuk mencegah kelaparan," kata Guterres seperti dikutip dari Antara.

Solusi Konkret

Diminta terpisah, Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, menegaskan harus ada solusi konkret dari KTT G20 untuk mengurangi tekanan ekonomi global. Jika tidak, maka masa depan ekonomi global akan tetap suram dan pemulihan ekonomi global kian tak menentu. "Bentuk konkret dari pemulihan ekonomi dari negara G20 adalah menyudahi perang "dingin" antara blok dunia barat dengan Russia yang membuat perekonomian menjadi tidak menentu," tegas Huda.

Dengan menyudahi perang dingin, tentu harga energi bisa kembali turun sehingga inflasi lebih terkendali. Apalagi, harga energi sangat rentan dengan masalah geopolitik.

Tak hanya harga energi, berakhirnya perang dingin juga akan membuat harga pangan ikut turun. Selama ini, harga pangan global mengalami kenaikan yang membuat sulit ekonomi negara-negara yang bergantung pada komoditas impor.

Baca Juga: