JAKARTA - Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya bagi Indonesia melakukan transformasi ekonomi, yakni mulai beralih dari ekonomi berbasis konsumsi menjadi ekonomi berbasis investasi.


"Sehingga menjadi lebih produktif dan memberikan efek pengganda yang lebih besar terhadap perekonomian," kata Presiden Jokowi saat menjadi pembicara pada "Sarasehan 100 Ekonom" di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (12/12).


Presiden juga berharap saat ini Indonesia harus bergerak meninggalkan ekonomi berbasis sumber daya alam mentah tanpa pengolahan menuju industri manufaktur yang dapat meningkatkan nilai tambah.

"Ini menjadi kunci, jangan sampai kita terus-terusan lagi mengekspor sumber daya alam mentah kita tanpa pengolahan. Kita harus mulai ekonomi berbasis proses," ucapnya.


Pemerintahannya sendiri gencar melakukan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.


Ia menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia ini dinilai sangat dibutuhkan oleh Indonesia.

"Urgensi pembangunan infrastruktur di Indonesia adalah karena kondisi infrastruktur Indonesia masih jauh dari kondisi ideal, bahkan cenderung memburuk. Ini studi dari World Bank (2015) dan McKinsey (2013)," tuturnya.


Maka dari itu, pihaknya gencar untuk membangun mulai dari daerah terluar dan yang selama ini kurang mendapat perhatian seperti di Papua.


Khusus di Papua, pemerintah membangun jalan Trans-Papua dan sejumlah infrastruktur lainnya untuk menekan disparitas harga. "Bagaimana harga semen di sana tidak dua juta rupiah?" ujarnya sambil menunjukkan foto-foto kondisi infrastruktur di Papua.


Terkait tahun politik pada tahun depan, Jokowi berharap tidak akan mengganggu iklim perekonomian di Indonesia. "Artinya, marilah kita memulai bersama agar yang politik berjalan, yang ekonomi mari bermain di wilayah ekonomi.

Dan ingat bahwa ini bukan pertama kali Indonesia menjalankan pilkada serentak, dan bukan pertama kali pemilu diadakan di negara kita," ujar Presiden.


"Yang kemarin juga baik-baik saja, aman-aman saja. Dan ekonomi kita kan juga tidak terpengaruh dengan pilkada yang kemarin kita jalankan. Bahkan, menurut saya, dalam tiga tahun banyak kemajuan yang telah dicapai di bidang ekonomi," sambung mantan Gubernur DKI Jakarta ini.


Sekadar Mengingatkan


Sementara itu, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, menyatakan ekonomi Indonesia belum tumbuh sesuai potensinya sementara kompetisi antarnegara semakin sengit.


"Tahun politik harus jadi momentum memacu perekonomian kita. Kami ingatkan ancaman ekonomi di tahun politik. Bukan bermaksud beri pesimisme atau sinyal negatif terhadap pertumbuhan ekonomi kita, tetapi mengingatkan," ujarnya.


Enny menegaskan pada beberapa hal yang dianggap menjadi sektor yang memengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu tidak terserapnya tenaga kerja melalui pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dan tingkat daya beli masyarakat yang rendah sebagai akibat harga bahan pokok yang mahal.


Sementara itu, ekonom senior Indef, Didik J Rachbini, menekankan ekonomi Indonesia bisa tersungkur pada tahun politik Pilkada Serentak di 2018.

"Warning dari teman-teman ekonom bahwa ada ancaman ekonomi di tahun politik, agar politik dan permainan politik jangan kasar dan jangan merusak sistem. Politik itu seperti roller coaster Kalau politik akrobatik dan tidak beres maka ekonomi akan jatuh juga," ujar Didik. fdl/AR-2

Baca Juga: