WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyerukan agar kekerasan di Lebanon dihentikan. Harus segera dihadirkan oleh para pihak yang terlibat sebuah kesepakatan gencatan senjata di jalur Lebanon.

"Saya tahu lebih banyak dan saya merasa nyaman jika operasi dihentikan. Sekarang ini harus ada gencatan senjata di kawasan tersebut," kata Biden saat ditanya wartawan, Senin (30/9).

Seperti dikutip dari Antara, Presiden Biden mengatakan dia menelepon selama dua jam pada Sabtu dan Minggu untuk membahas situasi tersebut, setelah memberi tahu wartawan pada hari Minggu bahwa dia akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di kemudian hari.

Biden mengatakan dia melakukan pembicaraan melalui telepon selama dua jam pada Sabtu (28/9) dan Minggu (29/9) untuk membahas situasi itu.

Sebelumnya pada Minggu, dia mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya akan berbicara dengan pemimpin Israel Benjamin Netanyahu hari itu juga.

Setelah sang Presiden menyampaikan pernyataan secara singkat, juru bicaranya, Karine Jean-Pierre, mengatakan dukungan AS bagi keamanan Israel sangat kuat.

"Mereka (Israel) berada di lingkungan yang sulit... dan mereka harus memiliki kemampuan untuk membela diri. Itulah yang kami dukung. Itulah yang kami yakini. Itulah yang telah kami katakan," kata Jean-Pierre.

Meredakan Ketegangan

Jean-Pierre mengatakan AS akan berdiskusi dengan Israel tentang cara terbaik untuk maju dan menambahkan dirinya tidak akan memberikan keterangan mengenai pembicaraan diplomatik. "Pada saat yang sama, kami ingin meredakan ketegangan," ujarnya.

Departemen Luar Negeri AS sebelumnya mengatakan Israel telah memberi tahu AS bahwa saat ini mereka sedang melakukan operasi terbatas terhadap Hizbullah di Lebanon.

Ketika ditanya oleh Anadolu bagaimana AS mendefinisikan operasi terbatas tersebut, juru bicara Deplu AS, Matthew Miller, mengatakan definisi itu dibuat Israel, bukan AS.

Uni Emirat Arab (UEA), pada Selasa, menyatakan kekhawatiran mendalam atas meningkatnya eskalasi setelah Israel melancarkan operasi darat pada Selasa pagi di Lebanon selatan.

"UEA menegaskan kembali posisi teguhnya terhadap persatuan Lebanon, kedaulatan nasional, dan integritas teritorial, dengan menekankan dukungan teguh negara tersebut bagi rakyat Lebanon selama masa yang penuh tantangan ini," kata Kementerian Luar Negeri UEA dalam sebuah pernyataan.

Presiden UAE, Sheikh Mohammed Bin Zayed al-Nahyan, mengarahkan pengiriman paket bantuan mendesak senilai 100 juta dollar (sekitar 1,5 triliun rupiah) kepada rakyat Lebanon.

Menegaskan perlunya upaya internasional bersama untuk menghentikan eskalasi dan mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut, kementerian menyoroti pentingnya memberikan perlindungan penuh kepada warga sipil menurut hukum dan perjanjian internasional.

Pernyataan tersebut muncul setelah militer Israel mengatakan telah memulai "serangan darat terbatas, terlokalisasi, dan terarah berdasarkan intelijen yang tepat" terhadap kelompok Hizbullah Lebanon di desa-desa di Lebanon selatan yang dekat dengan perbatasan yang menimbulkan ancaman langsung bagi masyarakat Israel di Israel utara.

Baca Juga: