NEW YORK - Jessica Pegula mencatatkan kebangkitan menakjubkan untuk mengalahkan Karolina Muchova dan mencapai final Grand Slam pertamanya di US Open, Jumat (6/9). Pegula akan menghadapi Aryna Sabalenka yang dikenal dengan pukulan kerasnya di partai puncak.
Petenis peringkat enam dunia asal AS, Pegula, bangkit dari kekalahan set pertama dan ketertinggalan break untuk mencatat kemenangan 1-6, 6-4, 6-2 atas Muchova, lawannya yang berada di peringkat 52 dunia asal Ceko. Juara dua kali Australia Open dan peringkat dua dunia, Sabalenka, mencapai final US Open keduanya secara berturut-turut setelah mengalahkan petenis Amerika Serikat lainnya, Emma Navarro, 6-3, 7-6 (7/2).
Dia beruntung masih bisa bertahan. Menurut Pegula, Karolina membuatnya merasa seperti pemula dan menghancurkan. Saya hampir menangis, tetapi semuanya tergantung pada momen kecil. Saya tidak tahu bisa membalikkan keadaan," ujar Pegula.
Pegula kini telah memenangkan 15 dari 16 pertandingan di lapangan keras musim panas ini di AS. Ini termasuk gelar di Toronto dan kekalahan di final Cincinnati oleh Sabalenka. "Ini kesempatan untuk membalas dendam, tapi dia sulit dikalahkan," sambungnya.
Pegula, yang tampil di semifinal Grand Slam pertamanya setelah enam kali tersingkir di perempat final, tampak berada di ambang kekalahan. Petenis berusia 30 tahun itu kalah dalam set pertama hanya dalam 28 menit dan langsung tertinggal 2-0 di set kedua serta harus menyelamatkan break point untuk menghindari ketertinggalan 3-0.
Banyak penonton mulai meninggalkan Stadion Arthur Ashe karena tak ingin menyaksikan kekalahan petenis AS kedua kalinya secara berturut-turut. Namun, Pegula berhasil bangkit dengan luar biasa. Dia memenangkan delapan dari 10 game terakhir dalam pertandingan semifinal yang mendebarkan. Kesalahan sendiri dari Muchova yang ke-40 memastikan kekalahannya.
Di laga sebelumnya, Sabalenka melaju ke final dengan mengalahkan Navarro, meskipun menghadapi dukungan besar dari penonton tuan rumah. Navarro, yang bermain di semifinal pertamanya di Grand Slam, memberikan perlawanan sengit, terutama ketika berhasil bangkit dari ketertinggalan 3-5 di set kedua untuk memaksakan tiebreak.
Sabalenka mencatatkan 34 winner, jauh lebih banyak dibandingkan 13 winner Navarro yang berusia 23 tahun. "Kalian baru mendukung saya sekarang. Wow, ini sudah terlambat. Meskipun kalian mendukungnya, saya tetap merasa merinding dengan sorakan kalian. Ini suasana yang luar biasa," ujar Sabalenka kepada penonton di Stadion Arthur Ashe.
Petenis asal Belarusia itu menambahkan dia tidak terlalu peduli siapa yang akan dihadapi di final. Menang atas Navaro menurutnya adalah ujian bagus menghadapi penonton yang mendukung lawan. Navarro, yang tersingkir di putaran pertama dalam dua penampilan sebelumnya di US Open, mengakui bahwa situasi besar tersebut mungkin memengaruhinya.
"Mungkin saya tidak sepenuhnya menghadapinya seperti yang diinginkan sepanjang pertandingan. Tetapi ini perasaan yang pasti ingin saya alami lagi," ujarnya. Sabalenka, runner-up US Open tahun lalu setelah kalah dari Coco Gauff, menggunakan kekuatannya untuk mengamankan set pertama, mengatasi permainan cerdas Navarro. ben/AFP/G-1