Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengungkapkan, negaranya akan mengirimkan bantuan persenjataan ke Ukraina. Ia mengatakan, Jerman akan memasok dua lagi peluncur roket berganda untuk Ukraina.

"Kami telah memutuskan untuk mengirimkan dua lagi peluncur roket berganda MARS II, termasuk 200 roket, ke Ukraina," kata Lambrecht dalam sebuah konferensi yang diadakan angkatan bersenjata Jerman, Bundeswehr, dikutip dari Reuters, Selasa (20/9).

Menhan Lambrecht juga menambahkan, Jerman akan menggelar pelatihan bagi para personel militer Ukraina yang akan mengoperasikan persenjataan tersebut. Adapun pelatihan ini akan dilaksanakan pada bulan September.

"Selain itu, kami akan mengirimkan 50 kendaraan lapis baja pengangkut personel, Dingo, ke Ukraina," ucapnya.

Seperti diketahui, kendaraan lapis baja tersebut kerap dipakai oleh militer Jerman selama operasi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan.

Ia juga mengatakan bahwa kesepakatan dengan Yunani dan Ukraina terkait perputaran kendaraan petempur infantri (IFV) hampir selesai. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Jerman nantinya akan segera menyerahkan 40 Marder IFV kepada Yunani. Sementara, sebagai imbalannya, Yunani akan mengirimkan 40 BMP-1 IFV buatan Soviet ke Ukraina.

Di waktu berbeda, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebelumnya menyampaikan bahwa Eropa harus membantu Ukraina dengan memasok tank-tank tempur. Ini lantaran Ukraina membuktikan bisa mempertahankan diri jika memiliki peralatan militer yang tepat.

"Jika mereka mengatakan mereka membutuhkan tank-tank tempur, maka kita harus memenuhinya secara serius dan harus mengirimkannya kepada mereka," kata von der Leyen di Kiev, pada Kamis lalu (15/9), dikutip dari surat kabar Bild.

Perdebatan meningkat soal apakah Jerman harus membantu Ukraina dengan mengirimkan tank tempur. Jerman sejauh ini menolak tuntutan tersebut dengan mengatakan pihaknya tidak mengambil langkah seperti itu secara sepihak.

Seperti diketahui, perang yang terjadi antara Ukraina dengan Rusia telah berlangsung sejak Februari lalu, di mana kala itu Moskow melancarkan serangan dengan yang disebutnya "operasi militer khusus". Terbaru, Ukraina terus melakukan serangan balasan terhadap Rusia di sejumlah wilayah yang telah diduduki Moskow selama pertempuran berlangsung.

Baca Juga: