Pemerintah Jerman memberikan pendanaan untuk membangun tempat pembuangan sampah dengan sistem sanitasi modern.

JAKARTA - Pemerintah Jerman mengapresiasi dokumen rencana aksi ekonomi sirkular Indonesia yang menggali peluang dan manfaat dari pengembangan sektor tersebut. Jika dicermati dalam dokumen (rencana aksi) Indonesia, terlihat ada manfaat ekonomi yang signifikan dari ekonomi sirkular.

"Saya takjub sektor ini dapat menghasilkan tambahan PDB lebih dari 500 triliun rupiah," ujar Kepala Divisi untuk Asia Timur dan Asia Tenggara Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Jerman, Andreas Foerster, dalam Forum Rencana Aksi Ekonomi Sirkular Indonesia di Jakarta, Kamis (22/2).

Seperti dikutip dari Antara, Foerster menyatakan pengembangan ekonomi sirkular dapat mendorong pertumbuhan hijau di Indonesia dan menciptakan hingga lima juta lapangan kerja baru. Penerapan ekonomi sirkular merupakan hal penting untuk memitigasi perubahan iklim.

"Polusi, hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim, semuanya saling terkait. Indonesia merupakan negara yang sangat terdampak permasalahan ini. Jadi, business as usual tidak dapat lagi menjadi pilihan untuk diterapkan para pelaku usaha," kata Foerster.

Ia pun menuturkan pemerintah Jerman dan Indonesia telah menjalankan berbagai kerja sama pengembangan ekonomi sirkular di Indonesia dengan membangun enabling framework, perubahan perilaku, serta infrastruktur.

Dia menyatakan penyusunan enabling framework amat penting untuk meningkatkan efektivitas regulasi dan memperkuat kelembagaan, sedangkan perubahan perilaku diperlukan agar semua pihak menyadari permasalahan dalam pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular harus menjadi perhatian bersama.

Berikan Pendanaan

Sementara di bidang infrastruktur, pemerintah Jerman memberikan pendanaan untuk membangun tempat pembuangan sampah dengan sistem sanitasi modern yang dilengkapi dengan mesin pendaur ulang dan penyortiran di berbagai provinsi di Indonesia.

Selain itu, Foerster menuturkan kedua negara juga melakukan kerja sama teknis untuk mewujudkan reformasi pengelolaan sampah.

"Saya tekankan yang sedang kita diskusikan ini benar-benar merupakan fenomena global. Hal ini bukan hanya masalah bagi Indonesia dan juga bukan hanya bagi Jerman sehingga perlu upaya penanggulangan bersama," ujarnya.

Analis Industri Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian, Muhammad Abdul Aziz Ramdhani, menyatakan penerapan ekonomi sirkular merupakan salah satu inisiatif kunci dalam pengembangan industri hijau.

"Jadi, bagaimana mengimplementasikan industri hijau, salah satunya adalah melalui sirkular ekonomi, kemudian pengembangan energi baru terbarukan, pengendalian emisi, serta agro-waste management," ujar Aziz.

Ia menyatakan bahwa sebelum istilah ekonomi sirkular menjadi popular seperti sekarang ini, para pelaku industri sebenarnya telah berinovasi agar proses produksi mereka berjalan efektif dan efisien melalui upaya-upaya yang berkonsep mirip seperti ekonomi sirkular.

Dia mencontohkan banyak pabrik pembuat kaca yang memanfaatkan pecahan hasil pemotongan kaca atau kaca bekas pakai dari perumahan dan perkantoran untuk menjadi bahan baku pembuatan kaca baru.

"Industri membutuhkan itu sebagai substitusi bahan baku agar tidak semuanya dari virgin material," kata Aziz.

Menurutnya, penggunaan pecahan kaca maupun kaca bekas pakai dapat mengurangi penggunaan energi hingga biaya untuk proses produksi.

Namun, ia menyatakan penggunaan barang daur ulang dalam sektor industri menghadapi dua tantangan besar, yaitu pasokan barang daur ulang yang kurang serta perilaku masyarakat yang masih enggan menggunakan produk hasil daur ulang.

Aziz pun meminta semua pihak untuk membantu menyediakan pasokan bahan daur ulang untuk industri, mulai dari proses mengumpulkan, memilah, sampai distribusi karena terdapat gap antara pasokan dan permintaan.

Baca Juga: