Operator perburuan paus Jepang, Kyodo Senpaku, berupaya meningkatkan penjualan dengan menjajakan daging paus melalui mesin penjual otomatis atau vending machine.

Kyodo Senpaku membuka gerai yang disebutnya sebagai Toko Kujira, yang berarti Paus dalam bahasa Jepang.

Tiga vending machine paus telah dibuka di kota pelabuhan Yokohama dekat Tokyo, yang masing-masing menjual sashimi paus, bacon paus, kulit paus, dan steak paus, serta daging paus kalengan. Adapun harga hidangan paus itu berkisar dari 1.000 yen hingga 3.000 yen.

Toko Kujira menjadi terobosan Kyodo Senpaku setelah selama bertahun-tahun berjuang untuk mempromosikan produk pausnya di tengah protes.

Melansir The Associated Press, daging ikan paus telah lama menjadi sumber kontroversi di Negeri Sakura itu. Konservasionis mengatakan mereka khawatir langkah itu bisa menjadi langkah menuju perburuan paus yang diperluas.

"Masalahnya bukan pada mesin penjual otomatis itu sendiri, tetapi apa yang mungkin ditimbulkannya," kata Nanami Kurasawa, kepala Jaringan Aksi Iruka & Kujira yang dalam bahasa Indonesia berarti Lumba-lumba dan Paus.

Daging paus sendiri telah menjadi sumber protein yang terjangkau yang dikonsumsi selama negara itu dilanda kekurangan gizi setelah Perang Dunia II. Konsumsi daging paus tahunan Jepang mencapai puncaknya pada 1962 dengan 233.000 ton.

"Menurutku tidak baik membunuh paus tanpa arti. Tapi daging ikan paus adalah bagian dari budaya makanan Jepang dan kita bisa menghormati kehidupan ikan paus dengan menghargai dagingnya," kata Kashiwabara seorang pelanggan berusia 61 tahun.

Kyodo Senpaku sendiri berharap dapat menyiapkan mesin penjual otomatis di 100 lokasi di seluruh Jepang dalam lima tahun kedepan.

Idenya adalah untuk membuka mesin penjual otomatis di dekat supermarket, di mana daging ikan paus biasanya tidak tersedia. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan permintaan untuk mendukung kelangsungan hidup industri.

AP melaporkan jaringan supermarket sebagian besar memilih tidak menjual daging ikan paus untuk menghindari protes oleh kelompok anti perburuan paus.

"Akibatnya, banyak konsumen yang ingin memakannya tidak bisa menemukan atau membeli daging ikan paus. Kami meluncurkan mesin penjual otomatis di toko tak berawak untuk orang-orang itu," kata juru bicara Kyodo Senpaku, Konomu Kubo.

Protes anti perburuan paus sendiri telah mereda sejak Jepang menghentikan perburuan penelitiannya yang banyak dikritik di Antartika pada 2019 dan melanjutkan perburuan paus komersial di lepas pantai Jepang.

Di bawah perburuan paus komersial di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang, negara itu hanya berhasil menangkap 270 paus pada tahun lalu. Angka ini kurang dari 80 persen dari kuota dan lebih sedikit dari jumlah yang pernah diburu di Antartika dan Pasifik barat laut dalam program penelitiannya.

Sementara, di bawah penelitian perburuan paus, Jepang setidaknya menangkap sebanyak 1.200 paus setiap tahunnya. Walau didasarkan pada penelitian, banyak pihak mengkritik aktivitas itu karena daging paus yang ditangkap dijual di pasaran.

Penurunan tersebut diperkirakan terjadi karena berkurangnya paus minke yang ditemukan di sepanjang pantai. Paus mungkin juga menjauh dari pantai Jepang karena kelangkaan saury yang merupakan makanan pokok paus.

Sementara itu, kelompok konservasi mengutuk dimulainya kembali perburuan paus komersial. Mereka mengatakan daging ikan paus tidak lagi menjadi makanan sehari-hari di Jepang, terutama bagi generasi muda.

Konsumsi daging paus juga telah dengan cepat digantikan oleh daging lainnya. Pasokan daging paus turun menjadi 6.000 ton pada tahun 1986, setahun sebelum moratorium perburuan paus komersial yang diberlakukan melarang perburuan beberapa spesies paus.

Baca Juga: