WASHINGTON - Sejak Juni lalu, Jepang dilaporkan telah menjadi pemegang surat utang Amerika Serikat atau US Treasury terbesar, melampaui Tiongkok yang duduk dalam posisi pertama sebelumnya. Perkembangan itu terjadi bersamaan dengan meningkatnya suhu perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu.

Menurut data yang dirilis Departemen Keuangan AS, pekan lalu Kamis (15/8) u, Jepang meningkatkan kepemilikan obligasi, uang kertas, dan wesel AS dari 21,9 miliar dolar AS menjadi sebesar 1,12 triliun dolar AS , level tertinggi yang dihasilkan dalam lebih dari dua setengah tahun, Sementara itu, kepemilikan Tiongkok juga naik untuk pertama kalinya dalam empat bulan terkahir, menjadi 1,11 triliun dolar AS.

Jepang terakhir kali memegang posisi sebagai kreditor asing terbesar AS pada Mei 2017. Negara itu telah menambahkan lebih dari 100 miliar dolar AS Treasury dengan kenaikan yang stabil sejak Oktober 2018. Menurut Pasar Modal BMO, kini US Treasury semakin diminati negara-negara di dunia. Sementara patokan imbal hasil 10 tahun AS telah jatuh ke level terendah sejak 2016 dalam beberapa bulan terakhir, dengan tingkat obligasi pemerintah Jepang 10 tahun saat ini negatif 0,23 persen.

"Pembelian yang telah kita lihat dari investor Jepang benar-benar merupakan cerminan dari lingkungan hasil global rendah dan negatif," kata pakar strategi BMO, Ben Jeffery.

Ketenangan dan kehati-hatian selama berbulan-bulan dalam perang dagang AS-Tiongkok pecah pada Mei lalu saat pembicaraan antara kedua pihak buntu. Pada Juni, AS menaikkan tarif impor pada barang-barang Tiongkok senilai 200 miliar dolar AS, dari 10 persen menjadi 25 persen .

Gencatan senjata pada akhir Juni yang disetujui oleh Trump dan Xi Jinping, hanya berlangsung sekitar satu bulan setelah Trump mengumumkan pada tanggal 1 September AS akan mengenakan pungutan 10 persen pada hampir seluruh jenis barang impor dari Tiongkok yang belum terkena sanksi tarif.

Pekan lalu, Trump mengumumkan penundaan pemberlakuan tambahan tarif 10 persen untuk barang-barang tertentu, termasuk ponsel dan komputer jinjing, hingga 15 Desember untuk memenuhi kebutuhan belanja liburan warga AS. Namun Beijing mengatakan tetap berencana akan membalas langkah AS itu.

Penimbunan hutang AS di Tiongkok meningkat di bawah pengawasan ketat dalam sengketa perdagangan, di tengah spekulasi bahwa Tiongkok akan menjual obligasi sebagai upaya balasan. Awal bulan ini, AS telah secara resmi menyatakan Tiongkok sebagai manipulator mata uang setelah yuan melemah menjadi 7 yuan per dolar AS.SCMP/SB/AR-2

Baca Juga: