JAKARTA - Dalam peringatan Hari Laut Sedunia, para Aktivis Indonesia Antinuklir Fukushima (IANFU) menggelar aksi yang meminta pemerintah Jepang agar tidak membuang limbah pendingin reaktor nuklir ke Laut Pasifik.

Massa dari IANFU menggelar aksi teatrikal di Kedutaan Besar Jepang, Jalan MH Thamrin, dan depan Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/6).

"Kami dari Indonesia Antinuklir Fukushima menggelar aksi kepada pemerintah Jepang terkait adanya pembuangan limbah, karena pembuangan limbah ke laut tersebut akan merusak ekosistem di Laut Pasifik," kata Koordinator Lapangan aksi IANFU, Zaki.

Menurut dia, pembuangan limbah berbahaya tersebut sudah pernah terjadi di Jepang dalam kasus Minimata, Kumamoto, yang mengakibatkan anak-anak terlahir cacat dan kematian warga akibat terpapar limbah logam berat merkuri di perairan Jepang pada 1956.

Tercatat sebanyak 2.000 orang dari total 10 ribu korban mendapatkan ganti rugi akibat kasus pencemaran laut di Minimata.

Belajar dari pengalaman tersebut, maka rencana pembuangan limbah pendingin reaktor nuklir Fukushima ke Luat Pasifik harus dihentikan karena akan sangat berbahaya bagi keselamatan manusia dan ekosistem laut Pasifik, termasuk keanekaragaman hayati di laut.

Dia juga berharap Indonesia sebagai negara maritim harus mengambil sikap dengan melayangkan keberatan serta penolakan terhadap rencana pemerintah Jepang itu.

"Negara kita ini negara maritim yang lautannya sangat luas sekali. Jarak dari Jepang ke Indonesia memang jauh, tapi limbah yang dibuang ke laut akan berdampak pada mata pencaharian nelayan Indonesia," jelasnya seperti dikutip dari Antara.

Mereka menegaskan akan melanjutkan aksi penolakan pembuangan limbah itu jika tidak ada langkah tegas dari pemerintah untuk keberatan dengan pelepasan limbah berbahaya itu.

Disimpan di Tangki

Pemerintah Jepang pada pertengah April lalu mengumumkan rencana mereka untuk membuang lebih dari satu juta ton air limbah yang terkontaminasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudra Pasifik. Pembuangan tersebut akan mulai dilakukan pada 2023 mendatang.

Sekitar 1,25 juta ton (1,13 juta metrik ton) air limbah telah terkumpul di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, timur laut Jepang, sejak 2011. Air limbah itu terkumpul setelah gempa bumi berkekuatan 9,0 magnitudo dan tsunami yang menghancurkan wilayah Fukushima. Dalam bencana gempa bumi dan tsunami itu menewaskan hampir 20.000 orang, menurut NPR.

Bencana ganda itu menyebabkan kehancuran di tiga dari enam reaktor pembangkit listrik tersebut, yang memicu bencana nuklir terburuk setelah bencana Chernobyl di Russia.

Untuk menjaga inti reaktor yang tersisa agar tidak mencair, para petugas dari Tokyo Electric Power Company (TEPCO) telah memompa hampir 200 ton (180 metrik ton) air pendingin melalui situs tersebut setiap hari, menurut The New York Times.

Air limbah yang terkontaminasi itu kini disimpan di lebih dari 1.000 tangki besar di lokasi tersebut.

n bud/Ant/E-9

Baca Juga: