Jepang dan Korsel pada Jumat (24/5) secara bersamaan mengumumkan sanksi terpisah yang menargetkan perusahaan, kapal, atau individu yang diduga terlibat dalam memasok senjata Korut ke Russia untuk digunakan di Ukraina

TOKYO - Jepang dan Korea Selatan (Korsel) pada Jumat (24/5) mengumumkan sanksi terpisah yang menargetkan perusahaan, kapal, atau individu yang diduga terlibat dalam memasok senjata Korea Utara (Korut) ke Russia untuk digunakan di Ukraina, yang merupakan pelanggaran terhadap resolusi PBB.

Korsel sebelumnya menuduh Pyongyang telah mengirimkan ribuan kontainer amunisi ke Russia, dan para ahli mengatakan uji coba besar-besaran yang dilakukan Pyongyang baru-baru ini mungkin merupakan senjata yang ditujukan untuk digunakan di medan perang di Ukraina.

Pada Agustus lalu, Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi serupa karena mengatakan Russia menggunakan amunisi dan kehilangan persenjataan berat di Ukraina yang memaksa Moskwa untuk meminta dukungan kepada beberapa sekutunya, termasuk Pyongyang.

Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan pada Jumat bahwa negaranya mengutuk keras dugaan kesepakatan tersebut.

"Kami telah bekerja sama dengan sekutu seperti AS untuk membekukan aset 11 kelompok dan satu individu yang terlibat dalam bantuan militer Russia-Korut yang dimaksudkan untuk mendukung invasi Moskwa ke Ukraina," kata Hayashi kepada wartawan. "Mereka melanggar resolusi keamanan PBB yang dengan tegas melarang transfer senjata dan material terkait ke Korut," imbuh dia.

Sementara itu surat kabar Jepang, Asahi, melaporkan bahwa sembilan kelompok dan individu tersebut berada di Russia sementara dua organisasi lainnya yang berbasis di Siprus, diduga membantu mengangkut senjata dari Korut.

Juga pada Jumat, Korsel memberlakukan sanksinya sendiri terhadap dua kapal Russia dan tujuh kapal Korut karena berbagai aktivitas, termasuk dugaan perdagangan pasokan militer antara Moskwa dan Pyongyang.

"Kapal-kapal itu membawa sejumlah besar kontainer antara Russia dan Korut yang mengangkut pasokan militer," kata Kementerian Luar Negeri Korsel dalam sebuah pernyataan.

Bantah Tuduhan

Pyongyang pekan lalu membantah tuduhan bahwa mereka mengirimkan senjata ke Russia, dengan mengatakan pihaknya tidak berniat mengekspor kemampuan teknis militer kami ke negara manapun. Namun negara yang sebagian besar terisolasi itu baru-baru ini memperkuat hubungan dengan Moskwa.

Korut berterima kasih kepada Russia bulan lalu karena menggunakan hak veto Dewan Keamanan PBB untuk memblokir pembaruan panel ahli yang memantau sanksi internasional terhadap rezim pemimpin Kim Jong-un.

Seoul mengatakan pada Jumat bahwa salah satu warga Korut yang baru terkena sanksi diduga terlibat dalam diskusi untuk memfasilitasi kesepakatan senjata dengan anggota kelompok Wagner Russia dari tahun 2022 hingga 2023.

Perusahaan lainnya terlibat dalam pengiriman solar, bahan penting untuk program pengembangan nuklir dan misil Pyongyang, dari Russia ke Korut, imbuh Seoul. Lima warga Korut lainnya terlibat dalam membantu mengumpulkan dana untuk mendukung program nuklir dan misil Pyongyang dengan mendapatkan mata uang asing sebagai pekerja IT sambil tinggal secara ilegal di Vladivostok.

Pengumuman pada Jumat ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum para pemimpin Korsel, Jepang, dan Tiongkok, bertemu di Seoul untuk pertemuan puncak trilateral pertama mereka dalam hampir lima tahun. AFP/I-1

Baca Juga: