ISTANBUL - Pemerintah Jepang akan menghancurkan sebuah kondominium yang hampir selesai di Tokyo barat setelah warga mengeluhkan bangunan itu menghalangi pemandangan Gunung Fuji, menurut keterangan pengembang pada Senin (10/6).

Menurut Kyodo News, pengembang yang berbasis di Osaka, Sekisui memberitahu pemerintah setempat mengenai keputusan mereka untuk membatalkan proyek dan menghancurkan gedung 10 lantai berisi 18 unit di Kota Kunitachi, berlokasi di sebelah barat Perfektur Tokyo.

Seperti dikutip dari Antara, Sekisui mengaku kurang mempertimbangkan nilai-nilai lokal, meski telah menurunkan ketinggian bangunan dan mengadakan pertemuan dengan warga.

Sebelumnya, layar hitam besar dipasang di kota lain di negara tersebut untuk mencegah wisatawan mengambil gambar Gunung Fuji dari trotoar.

Untuk menjaga keberadaan Gunung Fuji, sebelumnya pemerintah Prefektur Shizuoka mengumumkan akan membatasi pintu masuk ke jalan setapak di Gunung Fuji setelah jam 4 sore mulai musim panas tahun ini guna mengurangi kepadatan penduduk dan meningkatkan keselamatan, menyusul pengumuman serupa dari Prefektur Yamanashi.

"Karena adanya pembatasan di Prefektur Yamanashi, lebih banyak pendaki mungkin akan masuk ke jalur di sisi Shizuoka. Kami akan memulai dengan apa yang bisa kami lakukan," kata seorang pejabat Shizuoka.

Uji Coba

Kebijakan tersebut akan dijadikan sebagai langkah uji coba untuk mencegah praktik pendakian yang tidak aman seperti "panjat peluru" atau mencoba mendaki puncak tertinggi di Jepang dengan ketinggian 3.776 meter untuk menyaksikan matahari terbit sekaligus tanpa tidur semalaman di gunung yang melintasi dua prefektur utama.

Tiga jalur di sisi Shizuoka yakni Subashiri, Gotemba, dan Fujinomiya akan ditutup pada malam hari, kecuali bagi orang yang menginap di penginapan pegunungan. Pemerintah prefektur berencana untuk menegosiasikan rinciannya dengan kota terkait.

Pemerintah daerah mengalokasikan 52,50 juta yen (5,48 miliar rupiah) untuk pengeluaran yang relevan berdasarkan rancangan anggaran untuk tahun fiskal 2024, termasuk untuk mengembangkan sistem online untuk reservasi penginapan di pegunungan.

Rencananya, Prefektur Yamanashi akan memasang gerbang di sisi stasiun ke-5 jalur Yoshida di sisinya untuk menutup rute antara jam 4 sore dan jam 3 pagi, kecuali untuk tamu penginapan. Jumlah pendaki pun dibatasi sebanyak 4.000 orang per hari.

Pemerintah setempat juga berencana mengumpulkan 2.000 yen (209 ribu rupiah) per pendaki untuk menggunakan jalur tersebut mulai musim panas ini (Juli 2024).

Jalur Yoshida digunakan oleh lebih banyak pendaki karena biasanya dibuka pada tanggal 1 Juli, lebih awal dibandinkan jalur di sisi Shizuoka yang dibuka dari tanggal 10 Juli.

Adapun pada musim pendakian tahun 2023 hingga 10 September, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mencatat terdapat 137.236 kunjungan menggunakan jalur Yoshida.

Baca Juga: