Jatuhnya pesawat Boeing 737-800 NG milik maskapai China Eastern Airlines dengan kode penerbangan MU5735 menimbulkan prasangka setelah dua kasus kecelakaan yang melibatkan Boeing terjadi pada rentang 2018 hingga 2019. Dua pesawat itu ialah Lion Air JT-610 dan Ethiopian Airlines ET-302. Keduanya sama-sama menggunakan tipe pesawat Boeing 737-800 MAX.

Selain kesamaan pada tipe pesawat, kedua kecelakaan pesawat tersebut terjadi dalam waktu yang berdekatan. Lion Air JT-610 jatuh di Laut Jawa pada 29 Oktober 2018. Hanya lima bulan berselang, Ethiopian Airlines ET-302 ikut terjatuh pada Maret 2019. Rentang waktu ini sekaligus menjadi yang paling singkat dalam sejarah penerbangan modern.

Fakta ini juga yang membuat kedua insiden tersebut menarik perhatian Netflix untuk mengangkat cerita jatuhnya dua Boeing 737-800 MAX ke layar kaca. Dokumenter berjudul Downfall: The Case Against Boeing, mengulas hasil investigasi dibalik kecelakaan fatal pesawat berjenis Boeing 737-800 MAX yang telah merenggut ratusan korban jiwa.

Pesawat Lion Air JT 610 menukik hingga jatuh di atas perairan Kerawang, sesaat setelah lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta. Sementara, Ethiopian Airlines ET 302 juga menukik tajam pada menit ke-6 di ketinggian 8000 kaki, setelah lepas landas dari Bandara Internasional Addis Ababa. Pola yang sama juga dialami pesawat China Eastern Airlines.

Boeing 737-800 NG yang digunakanChina Eastern Airlines merupakan pendahulu Boeing 737-800 MAX. Dilansir dari laman FlightRadar24, pesawat sempat hilang kontak sebelum dipastikan jatuh di kawasan Guangxi. Pesawat dikabarkan berada di ketinggian jelajah 29.100 kaki sebelum meluncur drastis dalam waktu 137 detik hingga jatuh dan terbakar.

Amat disayangkan, kesamaan lain dari ketiga tragedi ini adalah tidak adanya korban selamat. Kecelakan Lion Air JT 610 menewaskan 189 jiwa yang terdiri dari 179 orang dewasa, 1 anak-anak, 2 anak bayi, beserta seluruh kru pesawat. Begitu juga kecelakaan Ethiopian Airlines ET 302 mengakibatkan 157 jiwa meninggal dunia. Sedangkan jumlah korban tewas dalam kecelakaan China Eastern Airlines mencapai 132 jiwa.

Dalam Downfall: The Case Against Boeing, penyebab kecelakaan Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302 disebut terjadi karena kegagalan pada Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang membuat hidung pesawat menukik ke bawah. Sistem tersebut merupakan sensor otomatis yang dapat digunakan meski pesawat terbang manual. MCAS ini sebenarnya ditujukan untuk memproteksi pesawat dari manuver berbahaya, misalnya mengangkat hidung pesawat yang terlalu tinggi yang dapat berujung pada stall.

Namun nahas, investigasi yang dihadirkan dalam dokumenter yang disutradarai karya Roy Kennedy tersebut fakta bahwa Boeing tidak pernah memberikan informasi mengenai kehadiran fitur MCAS yang tergolong baru. Asosiasi pesawat di Amerika Serikat bahkan baru mengetahui kehadiran MCAS setelah kecelakaan tersebut.

Atas kelalaian Boeing yang mengakibatkan kecelakaan Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET, CEO Boeing, Dennis Muilenburg, dicecar bertubi-tubi dalam sidang dengar pendapat yang digelar pada 29 Oktober 2019 di parlemen Amerika Serikat, seperti yang dilansir dari BBC. Sebelum sidang, Muilenburg sempat mengakui pihaknya telah melakukan kesalahan ketika mengembangkan MCAS dan bertanggung jawab atas kedua kecelakaan fatal tersebut.

Dalam sidang tersebut juga mengungkap kebohongan Boeing lantaran tidak memberikan keseluruhan informasi terkait sistem komputerisasi pesawatnya yang 'cacat'. Keterangan tersebut terungkap setelah percakapan pesan singkat dua pilot penguji Boeing pada November 2016 silam.

Sementara penyebab kecelakaan pesawat China Eastern Airlines belum diketahui. Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan dirinya telah memerintahkan untuk melakukan upaya total untuk menjalankan evakuasi korban dan penyelidikan untuk mencari penyebab kecelakaan. Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) juga telah mengirim evakuasi sudah ke lokasi kejadian.

Baca Juga: