SEMARANG - Wakil Gubernur (Wagub) Jateng, Taj Yasin Maimoen didapuk memimpin semangat Jogo Kiai dan Jogo Santri,pada malam perayaan Tahun Baru 1442 Hijriah. Langkah tersebut untuk menggaungkan semangat Jogo Kiai yang merupakan bentuk pengamanan dari Covid-19.

"Pak Wagub sekarang kita minta untuk memimpin Jogo Santri sama Jogo Kiai. Karena pondok pesantren ini khas. Mereka mondok, tidur, dan biasanya kalau bersentuhan tidak. Tapi sak kringkelan malahan gitu," kata Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, usai merayakan Tahun Baru 1442 Hijriah yang diisi dengan doa dan istigasah, di Gedung Gradhika Bhakti Pradja kantor Gubernur Jateng, Rabu (19/8) malam.

Menurut Ganjar dalam siaran persnya, jika pondok pesantren tertata dengan baik maka baik kiai atau santri akan sehat. Diakuinya jika pondok pesantren memang harus memperbaiki adaptasi baru di lingkungannya. Seperti halnya memperbaiki tempat wudu, menyediakan fasilitas kesehatan, dan lainnya.

Perilaku Jogo Kiai dan Jogo Santri merupakan bagian dari program Jogo Tonggo yang telah dilakukan di Jateng. Tidak menutup kemungkinan pula akan diisi dengan variasi Jogo Tonggo lainnya. Seperti halnya Jogo Pasar, Jogo Terminal, dan tempat lain.

"Maka ini akan menjadi pola model penyesuaian terhadap kondisi di lingkungan terdekat," ungkapnya.

Dia berpesan di momen tahun baru ini, pihaknya memulai dengan doa. Dalam doa itu, Ganjar menggandeng kiai dan tokoh masyarakat merefleksikan diri masing-masing. Terutama terkait penanganan Covid-19. Sebab pihaknya butuh kesadaran kolektif dan meningkatkan hubungan kemanusiaan.

"Yuk bangun kesadaran bareng-bareng, taat pada protokol kesehatan yuk. Kita tidak patah semangat. Kita bisa bangkit memasuki tahun baru ini. Sehingga mental kita ini bisa tetap membara," katanya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng, KH Ahmad Darodji menyambut positif adanya semangat Jogo Kiai yang digaungkan gubernur. Sebab diakuinya jika akibat Covid-19, tidak sedikit pula kiai yang kena dan sampai meninggal dunia.

"Karena mereka (kiai) itu berkerumun dengan santrinya, kadang dengan para pembantu, hingga ada yang kena. Sampai ada yang seda ini (meninggal dunia)," kata Darodji.

Dia mencontohkan ada beberapa kasus kiai yang meninggal akibat Covid-19 seperti di Rembang dan juga tempat lain. Padahal satu orang kiai membawahi ribuan orang santri. Jika seorang kiai meninggal dunia maka berarti akan ada banyak santri yang kehilangan gurunya.

"Oleh karena itu sekarang kita jaga kiai-kiai ini bisa melaksanakan tugasnya dengan nyaman, dengan baik, dan aman," ujarnya.

Seperti, memberikan pesan pada santri, agar menjaga kiai dengan baik. Supaya kiai tetap bisa mengajarkan ilmu agama kepada santri. Mereka juga hendaknya menjaga kualitas makanan untuk kiainya supaya kondisi kesehatan tetap fit. "Frekuensi pengajiannya mungkin agak dikurangi. Itu termasuk Jogo Tonggo," jelas Darodji. mar/N-3

Baca Juga: