CINCINNATI - Jannik Sinner mengakhiri kekalahan beruntun melawan Alexander Zverev dengan kemenangan 7-6 (11/9), 5-7, 7-6 (7/4), Senin (19/8). Kemenangan itu membawanya ke final Cincinnati Open.

Petenis nomor satu dunia itu kalah dalam empat dari lima pertandingan melawan Zverev. Satu-satunya kemenangan diraih di Roland Garros empat tahun lalu.

Kemenangan Sinner kali ini diraih usai bertanding lebih dari tiga jam, tidak termasuk gangguan hujan. Pertandingan dihentikan di tengah-tengah tie break set pertama selama hampir 30 menit karena hujan.

Sinner menyelamatkan dua set poin dan memenangkan set pembuka. Dia kalah di set kedua karena kehilangan break awal dan kembali dipatahkan di game ke-12. Set ketiga memasuki tiebreak dengan Sinner memimpin 5-2 dan menang di match point keduanya.

"Ini pertandingan sulit, yang sangat menarik. Kami bermain dalam kondisi cerah, hujan, dan malam," tutur Sinner. Ada banyak ketegangan keduanya. Sinner senang dengan penampilannya dan sampai final.

Sinner memenangkan gelar terakhirnya di lapangan rumput Halle dua bulan lalu. Dia akan bermain di final melawan pemenang antara Frances Tiafoe dan unggulan ke-15 dari Denmark, Holger Rune.

Pemain yang baru-baru ini sakit pinggul dan tonsilitis yang memaksanya melewatkan Olimpiade, merasa perlu menjaga kebugaran. Sinner akan bermain di final Masters 1000 kelima dalam karirnya.

Sementara itu, Aryna Sabalenka mengalahkan petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek, 6-3, 6-3 untuk melaju ke final pertamanya di turnamen WTA dan ATP Cincinnati Open. Sabalenka yang telah empat kali menjadi semifinalis Cincinnati akan naik ke peringkat kedua dalam peringkat WTA sepekan sebelum US Open.

"Saya akhirnya berhasil melewati hambatan. Ini pertarungan sangat sulit melawan Iga. Kami juga harus bersabar dengan cuaca," ujar Sabalenka. Sabalenka akan bermain di final melawan unggulan keenam asal AS, Jessica Pegula. Pegula menang 6-2, 3-6, 6-3 atas Paula Badosa asal Spanyol.

Pegula yang memenangkan gelar Toronto Open pekan lalu, menjadi petenis AS ketiga Era Open yang mencapai final di Kanada dan Cincinnati dalam tahun yang sama, setelah Rosie Casals (1970) dan Serena Williams (2013).

Pegula dan Badosa terganggu oleh penundaan karena hujan selama lebih dari satu jam di tengah set kedua dengan Badosa memimpin 4-3 dan tertinggal satu set. Mereka melanjutkan pertandingan dengan petenis asal Spanyol tersebut memaksa set ketiga sebelum Pegula mematahkan servisnya untuk unggul 5-3 di set ketiga dan memastikan kemenangan satu gim kemudian.

"Kami menghadapi kondisi sulit, tetapi bisa mengendalikan diri dan tidak frustrasi dengan penundaan karena hujan," jelas Pegula. Dia merasa bermain dan bersaing dengan baik. Paula memukul bola sangat keras, terkadang Pegula tidak tahu harus berbuat. Pegula harus mengingatkan diri untuk agresif dan servis dengan baik.

Pegula berharap untuk memberikan "masalah" kepada Sabalenka di final. Ini akan menjadi ujian yang bagus untuk melawannya. Pegula akan melakukan yang terbaik. Ini telah menjadi beberapa pekan yang panjang.

Kemenangan Sabalenka menjadi balas dendam setelah kalah dari Swiatek di final level Masters di lapangan tanah liat Madrid dan Roma musim semi lalu. "Aryna bermain lebih baik kali ini dan memanfaatkan keunggulannya. Saya tidak melakukan servis dengan baik di awal. Ini yang membuat saya kehilangan ritme," tandas Swiatek. Dia mengakui, ini bukan penampilannya yang baik.

Swiatek menandaskan secara keseluruhan bermain lebih baik dari harapan. Dia mulai fokus persiapan di New York saat memulai US Open. ben/AFP/G-1

Baca Juga: