Pejabat Israel mengungkapkan Rusia akan mengajukan proposal untuk resolusi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengutuk Israel atas dugaan serangan ke Bandara Internasional Damaskus, Suriah, yang melumpuhkan bandara selama berhari-hari. Sebuah langkah yang dinilai bertujuan untuk mengalihkan perhatian dunia dari invasi Moskow ke Ukraina.

Berbicara kepada KAN News, sang pejabat menuturkan rancangan proposal Rusia menyalahkan Israel dan menyebutnya telah merusak stabilitas regional yang jelas bertentangan dengan hukum internasional.

Dikutip dari The Jerusalem Post, beberapa analis menilai langkah Rusia akan menandai penurunan signifikan hubungan Moskow dan Tel Aviv..

"Tidak ada jalan untuk mundur dari itu," Zvi Magen, seorang peneliti di Institut Studi Keamanan Nasional di Universitas Tel Aviv, yang merupakan duta besar Israel untuk Ukraina dan Rusia dalam periode waktu yang berbeda.

Sebelum beralih ke DK PBB, Rusia pada pekan lalu juga pernah secara terbuka mengkritik Israel atas serangan bandara Damaskus dan memanggil duta besar Israel untuk Rusia, Alexander Ben Zvi, untuk meminta klarifikasi lanjutan.

"Sejak dimulainya perang (di Ukraina) semakin banyak insiden di mana Rusia mengeluh tentang Israel dan mengambil langkah 'tidak ramah'," kata Magen, seperti dikutip The Jerusalem Post.

"Saya pikir alasan utamanya adalah untuk memicu krisis di Timur Tengah dengan mendorong Israel untuk merespons atau dengan mengobarkan keributan di panggung internasional. Tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian dunia dari Ukraina," tambahnya.

Pekan lalu, Rusia juga mengungkapkan keprihatinan atas putusan pengadilan Israel yang memihak Ateret Cohanim - sebuah kelompok yang mempromosikan tempat tinggal Yahudi di Yerusalem timur - atas pembelian properti Yerusalem dari Gereja Ortodoks Yunani. The Jerusalem Post menyebut organisasi tersebut membeli tiga bangunan dari gereja dalam pembelian kontroversial rahasia pada tahun 2004, tetapi gereja mengklaim properti tersebut diperoleh secara ilegal dan tanpa izin.

"Paling tidak, Moskow ingin menunjukkan kepada Suriah dan Iran bahwa mereka menjaga mereka dan berada di pihak mereka," tegas Magen.

"Mungkin saja mereka memiliki semacam masalah dengan Suriah dan Iran terkait mempertahankan kehadiran (militer) mereka di Suriah," tambahnya.

Sementara, presiden Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem (JISS), Profesor Efraim Inbar, percaya bahwa Kremlin menggunakan forum internasional seperti PBB untuk mengungkapkan ketidaksenangannya dengan serangan udara di bandara Damaskus.

"Tampaknya ini tidak dikoordinasikan dengan Rusia atau setidaknya mereka memikirkannya kembali," kata Inbar kepada The Media Line seperti dikutip The Jerusalem Post.

"Ini mungkin cara bagi (mereka) untuk mengekspresikan kemarahan mereka, tetapi jika mereka ingin mengubah kebijakan mereka, mereka memiliki cukup saluran dengan kami untuk melakukannya," ujarnya.

Walaupun demikian, Inbar tidak memandang kemungkinan resolusi DK PBB sebagai hal yang serius dan menyebut badan dunia itu sebagai "lembaga yang bangkrut secara moral". Dirinya menilai meningkatnya isolasi Rusia di arena internasional akan membuat resolusi yang diajukannya di PBB tidak mungkin berhasil.

Menurut Inbar langkah itu hanya akan mungkin menandakan kemungkinan perubahan terkait kebebasan Israel untuk melakukan serangan udara di Suriah. Israel sendiri telah meluncurkan serangan udara di Suriah terhadap apa yang dikatakannya sebagai target Iran, yang memindahkan persenjataan canggih ke Hizbullah di Lebanon dan di dalam Suriah sendiri.

"Rusia mungkin juga ingin mengalihkan perhatian dari apa yang terjadi di Ukraina. Saya tidak berpikir mereka menginginkan krisis diplomatik dengan Israel pada tahap ini," kata Inbar.

Hal senada turut diutarakan Magen, dirinya tidak percaya bahwa Moskow dan Yerusalem berada di ambang krisis diplomatik.

"Rusia tidak dalam posisi saat ini untuk bertarung langsung dengan Israel; itu tidak memiliki kapasitas militer atau politik untuk melakukannya," kata Magen.

"Oleh karena itu, mereka mencoba membuat keributan dan kemudian mereka akan mundur seperti yang mereka lakukan sebelumnya," tambahnya.

Baca Juga: