Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) pada Rabu (22/6) mengungkapkan telah menemukan jejak virus yang menyebabkan poliomielitis dalam sampel limbah di London utara dan timur. Poliomielitis sendiri merupakan penyakit layu akut yang umumnya mengenai tungkai secara asimetri menular. Adapun penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus polio.

Dikutip dari Russia Today, pihak berwenang setempat meyakini virus itu berasal dari vaksin hidup yang masih digunakan di beberapa negara dan dibawa ke Inggris oleh seorang pelancong dari luar negeri.

Pejabat kesehatan juga memperingatkan kemungkinan penyebaran lebih lanjut walaupun sejauh ini tidak ada insiden penyebaran komunitas yang ditemukan.

Adapun virus tersebut diidentifikasi sebagai virus polio yang diturunkan dari vaksin tipe 2 (VDPV2) dan terdeteksi beberapa kali antara Februari dan Mei di London Beckton Sewage Treatment Works di Newham.

Saat ini, pihak berwenang tengah berupaya menemukan individu yang mungkin telah terinfeksi dan mengatakan risiko infeksi bagi publik "sangat rendah". Apabila terjadi penyebaran di masyarakat terdeteksi, itu akan menjadi infeksi polio domestik pertama di Inggris sejak 1984. Pasalnya, Inggris secara resmi telah dinyatakan bebas polio pada tahun 2003.

Russia Today menuturkan, pada umumnya anak-anak Inggris mengambil tiga dosis vaksin polio pada usia dini.

Ironinya, meskipun tingkat vaksinasi nasional lebih dari 92 persen, sang ibu kota negara, London, masih tertinggal dengan tingkat vaksinasi di bawah 87 persen.

Adapun penyebab terdeteksinya virus polio di Inggris digadang-gadang terjadi karena masih maraknya penggunaan vaksin oral di beberapa negara di mana penyakit ini belum sepenuhnya diberantas sehingga pelancong bisa jadi "menumpahkan" virus yang dilemahkan tersebut.

Walaupun dua dari tiga jenis polio "liar" telah diberantas di sebagian besar dunia berkat kampanye vaksinasi yang agresif, polio liar Tipe 1 tetap endemik di Afghanistan dan Pakistan.

Virus polio sendiri dapat menyebar melalui droplet atau kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi tinja. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, dengan sekitar 25 persen di antaranya menunjukkan rasa sakit dan nyeri seperti flu.

Parahnya, sekitar satu hingga lima dari 1.000 memiliki gejala yang lebih serius, karena virus menyerang otak dan sumsum tulang belakang. Dalam sejumlah kecil kasus, virus bahkan mampu mempengaruhi otot, menyebabkan kelumpuhan dan cacat permanen atau kematian lantaran otot yang membantu orang bernapas turut terpengaruh.

Baca Juga: