“Jakarta jangan berhenti membangun infrastruktur untuk mewujudkan kota global."
JAKARTA - Untuk bisa menuju kota global dan bersaing dengan mondial, Jakarta harus terus membangun infrastruktur. "Jakarta jangan berhenti membangun infrastruktur untuk mewujudkan kota global," tandas Penjabat Gubernur Provinsi Jakarta, Heru Budi Hartono, Selasa (8/10).
Dia menginformasikan, Jakarta tahun lalu menempati posisi 74. Dia berharap dapat mencapai nomor 50-40, bahkan nomor 20. Target tersebut dapat ditempuh antara lain fokus kepada transportasi, UMKM, IT, AI dan perbankan.
Hal itu disampaikan Heru usai menghadiri peluncuran pertama buku dalam delapan seri. Buku berjudul "Jakarta's Path to Top 20 Global City, Book 1: Jakarta's Profile for Global Competitiveness."
Heru juga menyampaikan, sejak awal menjabat pun telah minta arah pembangunan Jakarta untuk fokus persaingan kota besar demi menjadikan Jakarta kota global. Dengan telah diluncurkannya buku tersebut, maka para kepala dinas bisa menjadikannya sebagai kisi-kisi untuk membangun Jakarta.
Semua sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Semuanya ada 8 buku berisi konsep Jakarta ke depan. "Kisi-kisinya untuk para kepala dinas membangun Jakarta," kata Heru.
Jika di dalam sebuah perjalanan Jakarta menghadapi yang tak terduga, konsep dalam buku pun bisa tetap dijalankan. Konsep-konsepnya saling berhubungan, sehingga tetap dapat dilaksanakan.
"Kapan pun tetap bisa menjadi referensi pembangunan Jakarta ke depan Kalau ada kendala, mungkin waktunya mundur," tutur Heru.
Konsep Rusun
Isu lain yang disinggung Heru adalah konsep rumah susun (rusun). Menurutnya, ini harus dibenahi untuk Jakarta kota global.
"Pembangunan rusun itu baik. Tetapi konsep 30 tahun lalu, 25 tahun lalu harus ditinggalkan. Rusun itu untuk membangun masyarakat supaya ekonominya tumbuh," jelasnya.
Karena itu rusun di Jakarta disubsidi berbagai sektor. Masyarakat masuk. Setelah ekonominya meningkat, maka harusnya mereka bisa mencari tempat tinggalnya sendiri. Jadi, rusun bisa ditempati orang lain lagi, bergantian.
Namun, hari ini masyarakat yang sudah mampu, terus saja menempati rusun. Karena itu, Heru berpesan agar Kepala Dinas Perumahan memikirkan masalah ini.
Pada 20 tahun lalu Jakarta menggunakan konsep seperti itu. Mereka yang tidak mampu ditopang listrik murah, air murah, serta bansos sehingga bisa menabung. "Anak-anaknya nanti bisa sekolah dan mendapatkan rumah sendiri yang layak," jelas Heru.
Tapi yang sekarang terjadi, rumah susun itu ditempati sampai seumur hidup. Karena itu, Heru selama dua tahun terakhir melakukan perubahan. Jadi warga, misalnya, di satu kampung ada 10 sampai 20 KK. Mereka bersepakat untuk memberikan bersama-sama lahannya untuk menaikkan bangunan hanya 4 sampai 5 lantai.
Sisa lahannya untuk bersama supaya bisa mendapatkan rumah lain, bisa berdagang. Juga untuk rusun yang dibangun pemerintah. Sebagai contoh di Palmerah dan Tanah Tinggi. Masyarakatnya tidak perlu pindah karena sudah biasa di sini.
Berikutnya, kata Heru, mereka membiayai diri sendiri dengan konsep tambahan di lantai atas rusun. Di sini, mereka bisa menyewakan sehingga bisa merawat dirinya dan bangunan.
Heru menjelaskan konsep ini terus dikembangkan agar masyarakat bisa lebih mandiri.