MOSKOW - Kandidat presiden dari Partai Republik Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sedikit lebih unggul atas pesaingnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, di semua tujuh negara bagian kunci, menurut analisis jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh portal RealClearPolitics.

Dikutip dari Antara, negara bagian kunci, atau daerah persaingan ketat (battleground), adalah negara bagian yang tidak cenderung secara konsisten memilih kandidat dari salah satu dari dua partai besar, Republik atau Demokrat, dan sering kali justru menjadi penentu hasil pemilihan presiden.

Pada tahun 2024, negara bagian tersebut adalah Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, North Carolina, Georgia, Arizona, dan Nevada.

Rata-rata di semua negara bagian penentu, 48,3 persen responden siap mendukung Trump, sementara 47,5 persen akan memilih Harris.

Secara khusus, menurut portal tersebut, Trump unggul 1,4 persen atas Harris di Arizona dan 1,1 persen di Georgia. Di North Carolina, mantan presiden AS tersebut unggul 1 persen atas Harris, di Michigan unggul 0,9 persen, di Nevada dan Pennsylvania unggul 0,5 persen, dan di Wisconsin unggul 0,1 persen.

Pemilihan presiden AS akan diadakan pada 5 November 2024.

Partai Demokrat akan diwakili oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris, dan Partai Republik oleh mantan Presiden Donald Trump.

Sementara itu, Trump mengatakan dia akan mengenakan tarif impor tambahan pada Tiongkok jika negara itu "masuk ke Taiwan", demikian laporan Wall Street Journal (WSJ).

"Saya akan katakan: Jika Anda pergi ke Taiwan, saya minta maaf melakukan ini, saya akan mengenakan pajak kepada Anda, sebesar 150 persen hingga 200 persen," kata mantan presiden AS tersebut, seperti dikutip dalam sebuah wawancara dengan WSJ yang diterbitkan pada malam hari tanggal 18 Oktober.

Dikutip dari The Straits Times, ketika ditanya apakah ia akan menggunakan kekuatan militer terhadap blokade Taiwan oleh Tiongkok, Trump mengatakan hal itu tidak akan terjadi karena Presiden Tiongkok, Xi Jinping, menghormatinya.

"Saya memiliki hubungan yang sangat kuat dengannya," kata Trump. "Saya tidak perlu (menggunakan kekuatan militer), karena dia menghormati saya dan dia tahu saya gila."

Tiongkok mengklaim Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya. Taiwan sangat menentang klaim kedaulatan Tiongkok.

Trump, sebagai bagian dari upayanya untuk menarik pemilih dalam pemilihan umum tanggal 5 November di mana ia akan menghadapi Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris, telah melontarkan rencana untuk mengenakan tarif menyeluruh sebesar 10 persen hingga 20 persen pada hampir semua impor, serta tarif sebesar 60 persen atau lebih pada barang-barang dari Tiongkok, dalam langkah-langkah yang menurutnya akan meningkatkan manufaktur AS.

Selama masa jabatannya sebagai presiden dari awal 2017 hingga awal 2021, pendekatan agresif Trump terhadap Tiongkok ditegaskan oleh gelombang tarif yang menjerumuskan kedua negara ke dalam perang dagang yang menggerakkan pasar di seluruh dunia.

Dalam wawancara dengan WSJ, Trump juga berbicara tentang invasi Rusia ke Ukraina, mengulangi klaimnya bahwa jika ia masih menjabat, Presiden Rusia, Vladimir Putin tidak akan melancarkan invasi.

"Saya berkata kepada Putin, 'Vladimir, kita punya hubungan yang hebat, Vladimir, jika Anda menyerang Ukraina, saya akan memukul Anda sekeras-kerasnya, Anda bahkan tidak akan percaya. Saya akan memukul Anda tepat di tengah-tengah Moskow'," kata Trump saat berbicara tentang interaksi masa lalunya dengan Putin.

Baca Juga: