Pengelolaan air tanah sangat penting dalam memitigasi ancaman El Nino sehingga BMKG perlu memberikan informasi ketersediaan air tanah sebagai referensi perencanaan tingkat lanjut.

JAKARTA - Pemerintah mempersiapkan berbagai langkah mitigasi, terutama terkait ketersediaan pangan, air bersih hingga modifikasi cuaca untuk menghadapi dampak cuaca panas ekstrem El Nino yang puncaknya diperkirakan terjadi pada Agustus-September mendatang.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menyatakan telah memberikan imbauan kepada daerah-daerah yang biasanya mengalami kekeringan untuk memastikan ketersediaan air. "Ini adalah langkah penting untuk memastikan masyarakat tetap memiliki akses terhadap sumber air yang cukup saat memasuki musim kemarau," ujarnya dalam diskusi virtual yang digelar FMB9 bertajuk Waspada Dampak El Nino, Senin (31/7).

Lebih lanjut, Suharyanto melihat beberapa wilayah di Jawa, diprediksikan akan mengalami kekeringan cukup signifikan. Karena itu, BNPB bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air PUPR untuk menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca.

"Operasi ini bertujuan untuk mendatangkan hujan guna mengisi danau, embung, sungai, dan sumur, serta membuat sumur bor baru sehingga air dapat digunakan oleh masyarakat," imbuh dia.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Fachri Radjab, mengatakan Indonesia saat ini sedang mengalami musim kemarau ekstrem yang dipicu oleh fenomena El Nino. Dampak El Nino mempengaruhi tiap daerah dengan karakter yang berbeda.

Saat ini, sekitar 63 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan terdampak El Nino. "Prediksi BMKG menunjukkan bahwa musim kemarau pada tahun ini diperkirakan lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya," ujar Fachri.

Meskipun puncak El Nino diperkirakan pada Agustus-September 2023, pengaruhnya akan terus berlangsung hingga Desember mendatang. Karena itu, kewaspadaan harus tetap dijaga dan berbagai langkah mitigasi perlu disiapkan.

Fachri pun menekankan pentingnya pengelolaan air tanah dalam menghadapi El Nino. Karena itu, BMKG memberikan informasi ketersediaan air tanah sebagai referensi perencanaan tingkat lanjut.

"BMKG berusaha menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk menyampaikan informasi terkini tentang El Nino. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghadapi El Nino dan memanfaatkan informasi BMKG dengan baik," papar dia.

Tugaskan Bulog

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengaku pihaknya memiliki strategi mitigasi yang telah diambil untuk menjaga stok pangan komoditas hingga akhir 2023. "Bapanas telah menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengelola stok beras. Tahun ini, Bulog ditugaskan untuk menyimpan 2,4 juta ton beras, meningkat dari jumlah tahun lalu yang hanya 900 ribu ton," jelasnya.

Bahkan, atas perintah dari Presiden Joko Widodo, cadangan pangan akan ditingkatkan menjadi lebih dari satu juta ton. "Hal ini merupakan langkah penting untuk menghadapi potensi krisis pangan akibat kemarau sebagai dampak dari El Nino," imbuh dia.

Di samping beras, stok daging juga telah diatur dengan menggunakan sistem food storage. Arief memastikan bahwa kebutuhan pangan masyarakat akan tetap terjaga dengan adanya mitigasi yang telah dilakukan.

Baca Juga: