JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong daya saing industri karet nasional. Pasalnya ekosistem industri ini sangatlah besar, dari petani hingga industri, serta berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.

"Kami yakin dengan bersinergi antar-sektor dan stakeholder yang terlibat di komoditas karet alam, maka ada harapan komoditas yang menghidupi 2,5 juta petani ini dapat bertumbuh dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional," ungkap Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam acara "Sarasehan Komoditas Karet Nasional" yang digelar Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (15/12).

Kenapa perlu didorong, kata Putu, karena peranan industri karet nasional (sektor hulu dan hilir) dalam perolehan devisa pada 2021 sebesar 7,1 miliar dolar AS yang mana sektor industri hulu karet menyumbang 4,01 miliar dolar AS dan sektor industri hilir karet sebesar 3,09 miliar dolar AS.

Di samping itu, industri karet juga menyerap lebih kurang 60 ribu tenaga kerja langsung disektor industri hulu dan setidaknya 258 ribu tenaga kerja tidak langsung serta berdampak langsung kepada sekitar 2,5 juta petani.

"Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar nomor dua dunia di bawah Thailand dengan luas areal perkebunan karet 3,6 juta hektare dan produksi karet alam pada 2021 sebesar 3,03 juta ton serta kontribusi pada produk domestik bruto (PDB) sektor industri pengolahan sebesar 2,7 persen untuk industri karet dan barang dari karet," ungkapnya .

Saat ini, produk karet hulu yang diproses lebih lanjut di dalam negeri oleh industri hilir karet hanya berkisar 20 persen yang digunakan dalam industri ban, vulkanisir, dock fender, barang teknik karet dan lain lain. Sebesar 80 persen diekspor dalam bentuk setengah jadi berupa Crumb Rubber dan Ribbed Smoked Sheet (RSS).

Ia menerangkan, harga karet alam dunia telah turun ke level terendah sejak 2011 dimana pada tahun tersebut harga karet alam mencapai 5,4 dolar AS per kilogram (kg) saat ini harga karet alam berkisar di 1,4 dolar AS per kg penurunan harga karet dunia sangat menekan kesejahteraan petani sebagai penghasil karet alam karena 88 persen areal perkebunan karet adalah milik petani rakyat.

Begitu pula industri pengolahan hasil perkebunan karet yang mengandalkan pasar luar negeri turut terkena dampak turunnya harga tersebut sehingga mengakibatkan anjloknya perolehan devisa nasional di sektor ini.

Dampak dari rendahnya harga karet berimbas ke produktivitas perkebunan karet nasional yang mengakibatkan terganggunya pasokan bahan baku karet alam ke industri. "Hal ini ditandai dengan terus turunnya produksi karet alam di sektor industri hulu karet dimana dari laporan industri hulu karet melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) pada 2021 utilisasi industri dibawah 50 persen,"ucapnya.

Akibatnya, untuk memenuhi kontrak dan keberlangsungan produksi industri, sejak 2021 impor bahan baku karet alam berupa cup lump naik cukup signifikan yaitu 123 persen dibandingkan pada 2020 atau sebesar 43,8 ribu ton. Pada 2022 sampai Triwulan III impor karet alam berupa cup lump ini telah naik 22 persen dibandingkan total impor 2021 atau sebesar 53,4 ribu ton.

Pemerintah, terang Put, terus mendongkrak harga karet. Antara lain melalui forum karet internasional, tiga negara produsen utama karet alam, yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia yang tergabung dalam organisasi International Tripartite Rubber Council (ITRC) telah menerapkan kesepakatan pengurangan ekspor melalui Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) yang telah diberlakukan beberapa kali.

Pengurangan ekspor tersebut hanya bersifat sementara sebagai stimulan menuju keseimbangan supply-demand agar berdampak positif bagi perbaikan harga karet alam.

Upaya lain yang dilakukan adalah melalui optimalisasi penggunaan karet dalam negeri melalui Demand Promotion Scheme (DPS). Kebijakan tersebut bertujuan meningkatkan penyerapan karet alam di dalam negeri sekaligus menekan impor barang jadi karet.

Implementasi dari DPS ini, sejak 2016 pemerintah telah mengembangkan aspal karet untuk infrastruktur jalan nasional dan jalan daerah di daerah produsen karet, namun sampai saat ini implementasi aspal karet masih jauh dari yang diharapkan sehingga dampaknya tidak terlalu besar untuk peningkatan penyerapan karet alam secara nasional.

Ia menegaskan perlu juga didorong pengembangan produk-produk turunan karet lainnya, seperti bantalan jembatan, seismic bearing, rubber dam, belt conveyor, dock fender dan lain-lain.

Untuk implementasi hal ini, pemerintah telah membuat program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Melalui Program P3DN ini diharapkan pengadaan proyek yang didanai oleh APBN dan APBD serta pengadaan oleh sektor BUMN dapat menyerap produk industri dalam negeri yang sudah ber-TKDN.

Dalam acara itu turut hadir secara online Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, Plt Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Merrijantij Punguan Pintaria serta para stakeholder industri karet nasional.

Baca Juga: