Vondrousova sukses dengan strategi ­menyerangnya. Dia mematahkan servis­ ­lawan enam kali dan mencatatkan 22 s­ervice winner.

LONDON - Ons Jabeur dan Marketa Vondrousova bertemu di final tunggal putri Grand Slam Wimbledon, Sabtu (15/7). Pertemuan kedua petenis itu membantu All England menghindari masalah diplomatik yang berpotensi memalukan. Petenis Tunisia peringkat enam dunia, Ons Jabeur, bangkit dari kekalahan set pertama dan tertinggal 2-4 untuk mengalahkan Aryna Sabalenka dari Belarusia 6-7 (5/7), 6-4, 6-3.

Kemenangan itu membuat Jabeur mencapai final kedua berturut-turut di turnamen tersebut. Petenis kidal asal Ceko, Vondrousova, mengakhiri impian Elina Svitolina untuk memberikan gelar Grand Slam bagi Ukraina. Vondrousova meraih kemenangan mudah 6-3, 6-3 untuk menjadi petenis wanita non-unggulan pertama mencapai final dalam 60 tahun.

Seandainya, Sabalenka memenangkan gelar Wimbledon, akan menerima trofi dari Putri Catherine, istri pewaris takhta Inggris. Ini terjadi setahun setelah semua petenis Belarusia dan Russia dilarang mengikuti turnamen karena invasi ke Ukraina. Belarusia adalah sekutu utama Moskow.

Jika mencapai final, Svitolina juga tidak akan mau berjabat tangan dengan lawan dari Russia atau Belarusia sebagai protes atas perang tersebut. Tapi pertemuan kedua petenis itu tidak terjadi. Jabeur kini telah bangkit tiga kali setelah kehilangan set pertama di turnamen tahun ini. "Saya sangat bangga karena mungkin yang dulu akan kalah dalam pertandingan seperti kali ini. Saya senang terus menggali lebih dalam dan menemukan kekuatan," ujarnya.

Laga final kali ini akan menjadi ketiga di Grand Slam bagi Jabeur. Dia kalah dari Elena Rybakina di Wimbledon dan Iga Swiatek di AS Open tahun lalu. Sabalenka, 25, bermain di semifinal Grand Slam keempat berturut-turut dan keenam secara total. Dia sempat bangkit dari ketertinggalan 2-4 saat tiebreak untuk merebut set pertama. Dia juga melepaskan servis wanita tercepat di Wimbledon tahun ini dengan kecepatan 194,7 km/jam.

Sabalenka, yang mengalahkan Jabeur dalam perjalanannya ke empat besar Wimbledon tahun 2021, mematahkan servis lawan untuk memimpin 3-2 di set kedua. Itu berlanjut menjadi 4-2 sebelum Jabeur bangkit untuk merebut empat game berikut dan menyamakan kedudukan. Semangat Sabalenka surut dan dipatahkan game keenam atau penentuan, sebelum Jabeur memastikan kemenangan match point kelima.

Sabalenka mencatatkan 39 service winner, tetapi melakukan 45 unforced error. Harapannya untuk menambahkan gelar Wimbledon usai kemenangannya di Australia Open dan merebut peringkat satu dunia dari Swiatek, pupus. "Saya memiliki begitu banyak peluang dan tidak memanfaatkannya. Dia bermain lebih baik di momen-momen penting," ujar petenis Belarusia itu.

Final Kedua

Petenis peringkat 42 dunia Vondrousova akan bermain di final Grand Slam kedua kalinya setelah menjadi runner-up di Prancis Open 2019. Petenis berusia 24 tahun itu mendapat imbalan dari strategi menyerangnya di laga kali ini. Dia mematahkan servis lawan enam kali dan mencatatkan 22 service winner sedangkan Svitolina hanya sembilan.

"Saya tidak percaya. Saya sangat senang bisa mencapai final. Elina adalah petarung dan orang hebat. Saya sangat gugup," ujar petenis Ceko itu. Melaju ke final dicapai setelah periode menyedihkan Vondrousova. Dia menjalani operasi pergelangan tangan kedua kalinya tahun lalu. Kondisi itu membuatnya absen dalam sebagian besar tahun 2022.

Petenis peringkat 76 dunia Svitolina, yang baru kembali bertanding setelah cuti hamil April lalu, kehilangan servis tiga kali di set pembuka. Dia berhasil merebut kembali untuk menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Tapi Vondrousova kembali mematahkan servisnya di game ketujuh dan kesembilan untuk unggul. Svitolina yang sering melakukan kesalahan dengan cepat tertinggal 4-0 di set kedua.

Namun, Vondrousova, yang mengalahkan empat pemain unggulan untuk mencapai semifinal, tiba-tiba mengalami kegugupan di pertengahan set untuk memungkinkan Svitolina mendekat dengan kedudukan 3-4. Svitolina kemudian dipatahkan lagi di game kedelapan sebelum melakukan pukulan forehand out untuk memberi lawannya tempat di final.

Svitolina mengatakan mewakili Ukraina yang dilanda perang adalah faktor pendorong utama. Meski demikian dia menambahkan itu membuatnya menjadi terbebani. "Ini menjadi tanggung jawab, banyak ketegangan. Saya mencoba untuk menyeimbangkannya sebanyak yang saya bisa. Tapi, ya, kadang-kadang mungkin terlalu berlebihan," ujarnya. ben/AFP/G-1

Baca Juga: