ROMA - Presiden Italia Sergio Mattarella secara resmi membubarkan parlemen pada Kamis (21/7) dan memilih prosedur konstitusional untuk menggelar pemilu lebih awal.

Mengutip Freshnewsasia, Jumat (22/7), Mattarela mengumumkan pembubaran parlemen dalam pidato singkatnya saat tensi politik meninggi di negara itu dan setelah menerima pengunduran diri Perdana Menteri Mario Draghi.

Keputusan Draghi untuk mundur menyusul mosi tidak percaya yang digelar senat pada Rabu lalu. Gerakan Bintang Lima, liga sayap kanan, dan partai Italia kanan-tengah Forza memboikot pemungutan suara.

Ketiganya merupakan aliansi utama dalam koalisi dewan yang telah mendukung kabinet bersatu nasional Draghi sejak 13 Februari 2021.

"Saya menandatangani dekrit untuk membubarkan parlemen untuk menggelar pemilu baru dalam waktu 70 hari yang ditentukan oleh konstitusi," kata Mattarela.

Mattarela mengatakan, pembubaran parlemen diputuskan lebih awal dari yang selalu menjadi pilihan terakhir dan khususnya ketika para pembuat kebijakan diharapkan memenuhi kewajiban penting.

Pemilu awal tidak dapat dihindari, kata presiden, sejak mosi tidak percaya di senat menunjukkan "kurangnya perspektif menciptakan mayoritas baru" yang dapat mendukung pemerintahan baru.

Kabinet saat ini tetap menjalankan tugasnya sampai kabinet baru terbentuk setelah pemilu. Namun, presiden memperingatkan bahwa prioritas negara membutuhkan kekuatan politik untuk bertindak dengan rasa tanggung jawab dan dengan cara yang konstruktif.

Baca Juga: