JAKARTA - Istri dari Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti mengaku telah 'mewakafkan' waktu suaminya ketika menjabat sebagai Gubernur. Waktu Ganjar banyak dihabiskan untuk mengabdi kepada masyarakat Jateng dibandingkan dengan keluarga.

"Kita percaya waktu yang sangat banyak untuk masyarakat itu pasti akan memberikan yang terbaik. Jadi ketika kita di Jateng, keluarga itu sudah mewakafkan 98 persen waktu Bapak itu, untuk masyarakat. Jadi tidak ada beban di hati," kata Atikoh dalam wawancara yang dilakukan secara daring dengan Koran Jakarta, Kamis (23/7).

Atikoh menambahkan, sikap menanamkan saling percaya merupakan salah bentuk dukungannya kepada Ganjar. Sehingga Ganjar akan bekerja dengan maksimal dalam memimpin Jateng.

"Kan ada penelitian ketika seorang anak dianter untuk berangkat sekolah, dia konsentrasi akan lebih tinggi. Ketika Bapak atau seorang ibu berangkat dari rumah untuk bekerja dengan perasaan yang bahagia itu juga akan menghasilkan produktivitas yang optimal. Jadi urusan-urusan di rumah tangga itu diselesaikan di rumah. Jadi ketika bekerja itu benar-benar fokus dengan pekerjaan," jelasnya.

Atikoh mengaku selama menjadi istri orang nomor 1 di Jateng itu tidak pernah ingin tahu urusan Ganjar, apalagi yang dianggap rahasia. Namun, tak menutup kemungkinan dia selaku terbuka untuk diajak berdiskusi dengan kapasitasnya sebagai masyarakat bukan istri oleh Ganjar.

"Jadi tidak selalu posisinya support, tidak selalu mendukung. Jadi kalau ada memang butuh diluruskan atau dikiritiki, saya akan mengkritik. Tetapi ada saatnya saya hanya menjadi pendengar, ketika mungkin, misalnya kan ada pekerjaan yang ada pressure (tekanan) atau apa, ya saya hanya mendengarkan saja, tanpa, memberikan analisa atau apapun. Karena kan orang butuh 'tong sampah', dan saya siap untuk menjadi 'tong sampah' itu," ungkapnya.

Atikoh mengaku mengambil hal positif dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Waktu Ganjar yang biasanya dihabiskan di luar rumah, kini bisa lebih banyak bersama keluarga. Meja makan merupakan ruangan istimewa baginya dan keluarga.

"Jadi ketika makan, bukan karena faktor makannya, tetapi bagi keluarga kami, meja makan adalah sebagai ruang yang istimewa untuk saling bertukar pikiran, saling ngobrol, di mana semuanya jadi lepas. Pekerjaan ditinggalkan dulu, obrolan-obrolan yang tidak ada kaitannya dengan keluarga dihentikan dulu, handphone dimatikan dulu," katanya. ola/N-3

Baca Juga: