WASHINGTON - Para ahli bedah baru-baru ini berhasil menggelar simulasi operasi di Stasiun Luar Angkasa Internasional atau International Space Station (ISS) menggunakan robot kecil yang dikendalikan dari bumi.

Dikutip dari The Straits Times, eksperimen pertama kali di orbit yang dianggap sukses tersebut, mewakili langkah baru dalam pengembangan bedah luar angkasa, yang mungkin diperlukan untuk menangani keadaan darurat medis selama perjalanan panjang berawak, seperti ke Mars yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mengembangkan teknik bedah kendali jarak jauh di Bumi, untuk melayani daerah terpencil. Robot yang dikembangkan oleh Virtual Incision (VIC) dan Universitas Nebraska ini diberi nama spaceMira. Perangkat tersebut tiba di ISS pada akhir Januari, dibawa oleh roket SpaceX.

Disimpan di dalam kotak kompak seukuran oven microwave, robot tersebut dipasang pada 8 Februari oleh astronaut Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Loral O'Hara, yang telah berada di luar angkasa sejak September 2023.

Eksperimen tersebut kemudian dilakukan pada 10 Februari, dari kantor pusat VIC di Lincoln, Nebraska. Itu berlangsung sekitar dua jam, dengan enam ahli bedah mencoba mengoperasikan robot yang dilengkapi dengan kamera dan dua lengan.

"Eksperimen ini menguji teknik bedah standar, seperti menggenggam, memanipulasi, dan memotong jaringan. Jaringan yang disimulasikan terbuat dari karet gelang," kata VIC dalam sebuah pernyataan.

Dalam video yang dibagikan oleh perusahaan tersebut, terlihat satu lengan yang dilengkapi penjepit mencengkeram tali jam dan meregangkannya, sementara lengan lainnya yang dilengkapi gunting membuat potongan, melakukan pembedahan.

Kesulitan utama operasi tersebut adalah jeda waktu sekitar 0,85 detik, antara pusat operasi di Bumi dan ISS. Untuk eksperimen kontrol, proses yang sama akan dilakukan dengan peralatan yang sama, tetapi di Bumi.

"Eksperimen ini dianggap sukses besar oleh semua ahli bedah dan peneliti, dan tidak ada kendala sama sekali," kata VIC dalam sebuah pernyataan, mengeklaim bahwa hal itu akan mengubah masa depan pembedahan.

Badan antariksa Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang memberikan sejumlah dukungan finansial untuk proyek tersebut, mengatakan bahwa dengan misi luar angkasa yang lebih lama, potensi kebutuhan akan perawatan darurat meningkat.

"Termasuk prosedur bedah mulai dari penjahitan luka yang sederhana hingga aktivitas yang lebih kompleks," ujarnya.

Baca Juga: