NEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, pada Senin (26/2), mengatakan Israel setuju untuk menghentikan kegiatan militer selama bulan Ramadan di Jalur Gaza, di mana negara tersebut sedang berperang dengan militan Hamas.

Biden, yang menyampaikan pernyataannya saat tampil di acara NBC Late Night with Seth Meyers, mengatakan Israel telah berkomitmen untuk memungkinkan warga Palestina mengungsi dari Rafah di selatan Gaza sebelum mengintensifkan kampanyenya di sana untuk menghancurkan Hamas.

Dikutip dari The Straits Times, pernyataan Biden yang disiarkan pada Selasa, mengatakan pada prinsipnya ada kesepakatan untuk gencatan senjata antara kedua pihak sementara para sandera dibebaskan.

"Ramadan segera tiba dan telah ada kesepakatan dari pihak Israel bahwa mereka tidak akan melakukan aktivitas selama Ramadan, juga untuk memberi kami waktu untuk mengeluarkan semua sandera," katanya.

Bulan suci Ramadan tahun 2024 diperkirakan akan dimulai pada malam tanggal 10 Maret hingga malam tanggal 9 April.

Biden mengatakan gencatan senjata sementara akan memudahkan hubungan dengan negara-negara tetangga Israel dan memulai proses bagi Palestina untuk memiliki negara mereka sendiri.

"Hal ini memberi kita waktu untuk mulai bergerak ke arah yang telah dipersiapkan oleh banyak negara Arab. Misalnya, Arab Saudi siap mengakui Israel. Yordania, Mesir, ada enam negara lainnya. Saya telah bekerja dengan Qatar," kata Biden.

"Jika kita mendapatkan gencatan senjata sementara, kita akan mampu bergerak ke arah di mana kita dapat mengubah dinamika dan tidak mendapatkan solusi dua negara dengan segera, namun sebuah proses untuk mencapai solusi dua negara, sebuah proses untuk menjamin keamanan Israel dan kemerdekaan Palestina," ujarnya.

Gagasan Dua Negara

Biden mengatakan ia berharap bisa mencapai gencatan senjata dalam konflik tersebut pada tanggal 4 Maret. Namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak gagasan solusi dua negara.

Biden, seorang kandidat dari Partai Demokrat yang mencalonkan diri kembali pada pemilu tahun 2024, mengalami penurunan dukungan di kalangan generasi muda Amerika dan pemilih progresif sayap kiri sebagai akibat dari dukungannya yang kuat terhadap Israel dan tingginya angka kematian di kalangan warga sipil Palestina.

Setelah Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera lebih dari 200 orang pada 7 Oktober, Israel melancarkan serangan darat ke Gaza, dengan hampir 30.000 orang dipastikan tewas, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Menurutnya, Israel berisiko kehilangan dukungan dari negara-negara lain di dunia.

"Terlalu banyak orang tidak bersalah yang dibunuh. Israel telah memperlambat serangan di Rafah," kata Biden.

"Mereka harus melakukannya, dan mereka telah membuat komitmen kepada saya. Mereka akan memastikan ada kemampuan untuk mengevakuasi sebagian besar wilayah Rafah sebelum mereka pergi dan menghancurkan sisa wilayah Hamas," katanya.

"Tapi itu sebuah proses. Lihatlah, Israel mendapat dukungan luar biasa dari sebagian besar negara. Jika hal ini terus berlanjut, mereka akan kehilangan dukungan dari seluruh dunia, dan itu bukan kepentingan Israel," tukasnya.

Sementara itu, dikutip dari Antara, tentara Israel pada Senin (26/2) mengungkap perihal serangan terhadap terowongan sepanjang 10 km yang baru saja ditemukan di Jalur Gaza, dan mengeklaim telah mengidentifikasi jenazah sejumlah anggota Hamas di dalam fasilitas tersebut.

Baca Juga: