Berkat kecepatan industrialisasi dan investasi di bidang pendidikan di masa Meiji, Jepang pun berhasil mengembangkan perekonomiannya
Pemaksaan pembukaan perdagangan oleh negara-negara Eropa membuat Jepang memiliki dendam. Pada periode Meiji mereka menyiapkan kekuatan untuk melawan perjanjian yang dilakukan dengan paksaan itu dan sangat merugikan, seperti pembatasan negara dalam menetapkan tarif atas barang impor, alias tidak tunduk orang asing pada hukum Jepang.
Salah satu fitur paling menonjol dari periode Meiji adalah kecepatan industrialisasi Jepang. Selama era pemerintahan Tokugawa, Jepang mengembangkan ekonomi komersial di mana tidak hanya beras dan bahan makanan lainnya, tetapi juga produk seperti kapas, sutra, kertas, dan garam diperdagangkan dalam skala yang sangat besar.
Daimyo atau orang yang memiliki kekuasaan selalu kekurangan uang, jadi untuk meningkatkan produksi. Mereka bekerja sama dengan pedagang lokal untuk mengembangkan tanaman baru dan memperluas produksi. Jenis kerjasama yang sama antara pemerintah dan sektor swasta merupakan ciri industrialisasi pada periode Meiji.
Pemerintah secara aktif mendorong industrialisasi baik untuk alasan ekonomi maupun strategis. Ia berinvestasi langsung di bidang-bidang yang tidak menarik bagi sektor swasta, seperti besi, baja, dan rel kereta api, tetapi diperlukan untuk keamanan nasional.
Itu mengesahkan undang-undang untuk memberikan stabilitas dan keamanan sehingga sektor swasta dapat berkembang. Tidak ada kekurangan pengusaha di Jepang karena ekonomi komersial telah berkembang pada periode Edo.
Yang paling utama di antaranya adalah apa yang disebut zaibatsu (kelompok keuangan) seperti Mitsubishi, Sumitomo, dan Mitsui yang menggunakan aset keluarga mereka untuk berinvestasi dalam proyek industri baru. Valuta asing yang diperoleh dari ekspor digunakan untuk membayar industrialisasi di sektor ekonomi lainnya.
Apa yang biasa disebut sebagai Revolusi Industri di Eropa memiliki dua fase yang berbeda. Jepang mulai melakukan industrialisasi di pertengahan fase pertama dan di awal fase kedua. Fase pertama adalah revolusi mekanik yang dimulai pada 1780 di Inggris.
Itu berpusat pada penciptaan mesin baru, terutama mesin uap yang digunakan untuk menggerakkan kedua bentuk transportasi baru (kereta api dan kapal uap) dan mesin lain termasuk pompa yang digunakan di pertambangan dan mesin pemintalan yang digunakan di industri tekstil.
Perubahan ini berdampak revolusioner karena berarti manusia tidak lagi bergantung hanya pada tenaga manusia atau hewan untuk menghasilkan sesuatu. Revolusi mekanik membuat kemajuan lain pada 1850-an dan 60-an ketika teknik yang terlibat dalam produksi massal pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat (AS).
Ini melibatkan produksi suku cadang individual untuk mesin yang kemudian dirakit menjadi barang-barang seperti senjata dan sepeda. Pada pertengahan abad ke-19, sulit untuk membuat bagian-bagian dengan akurasi yang cukup sehingga dapat dipasang bersama. Saat orang Jepang pertama kali bertemu kapal uap dan kereta api, teknologi yang terlibat dalam hal ini tidak terlalu bagus sehingga tidak dapat dikuasai dengan cepat oleh pengrajin lokal.
Industrialisasi Jepang awal berpusat pada mekanisasi produksi sutra dan kapas. Selama zaman Edo, kain katun dan sutra diproduksi dalam skala besar, sehingga industrialisasi melibatkan mekanisasi industri yang sudah ada daripada memulai dari awal.
Beruntung Jepang, terjadi kekurangan sutra di seluruh dunia pada paruh kedua abad ke-19. Mata uang asing yang diperoleh Jepang dari ekspor sutra dengan harga tinggi digunakan untuk membayar industrialisasi di sektor ekonomi lainnya.
Fase kedua Revolusi Industri adalah revolusi kimia yang dimulai di Jerman dan AS pada tahun 1870-an. Mesin yang menjadi dasar revolusi mekanik diciptakan secara empiris melalui trial and error, tetapi proses yang terlibat dalam revolusi kimia didasarkan pada sains.
Melihat kondisi itu Meiji memutuskan untuk berinvestasi sangat besar dalam pendidikan, khususnya pendidikan teknik. Universitas-universitas Jepang segera menghasilkan lulusan yang mampu membaca jurnal ilmiah terbaru dari Eropa dan AS. Karena revolusi kimia terjadi kurang lebih pada waktu yang sama dengan industrialisasi Jepang, dapat mengejar dengan cukup cepat.
Sejumlah kecil sekolah menengah didirikan, dan bahkan lebih sedikit lagi universitas. Sejak awal, pemerintah memberikan penekanan besar pada pendidikan teknik, karena ingin menambah jumlah orang dengan keterampilan yang diperlukan untuk memperluas basis industri Jepang.
Sejak 1890-an, sistem pendidikan juga digunakan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan penduduk. Selama periode Edo, Jepang terbagi menjadi sekitar 270 wilayah yang berbeda. Pemerintah ingin mematahkan rasa parokialisme lokal dan mendorong orang untuk menganggap diri mereka sebagai orang Jepang. hay/I-1