Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 telah meningkatkan kekhawatiran akan penggunaan senjata nuklir yang dapat menyebabkan musnahnya manusia.

Melansir Discover Magazine, analisis tren pencarian Google menunjukkan bahwa sejak Rusia melancarkan apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer" ke Ukraina, pencarian untuk istilah "perang nuklir" melonjak drastis.

NUKEMAP, sebuah situs web yang memungkinkan pengguna untuk memodelkan dampak kehancuran yang mungkin ditimbulkan oleh berbagai jenis bom nuklir bahkan melaporkan peningkatan kunjungan dengan lebih dari 300.000 pengunjung setiap hari. Angka itu bahkan 20 kali lebih banyak dari lalu lintas normal situs.

Invasi Rusia ke Ukraina memang bukan seputar krisis kemanusiaan. Lebih dari itu, konflik di antara kedua negara bekas Uni Soviet itu juga dibayang-bayangi perang nuklir mengingat Rusia memiliki persenjataan nuklir yang termasuk terbesar di dunia.

Pada 24 Januari, Bulletin of the Atomic Scientists bahkan memajukan jarum detik Jam Kiamat atau Doomsday Clock menjadi '90 detik menuju tengah malam'. Waktu ini menjadi yang paling dekat dengan tengah malam yang menyimbolkan bencana global.

Jarum jam kiamat sendiri diatur oleh Dewan Sains dan Keamanan Bulletin of the Atomic Scientists sebagai gambaran paling gamblang dari ancaman yang disebabkan manusia.

Para ahli terkemuka di badan itu berfokus pada bahaya yang ditimbulkan oleh ancaman bencana akibat ulah manusia, yang berasal dari risiko nuklir, perubahan iklim, ancaman biologis, dan teknologi disruptif.

Kecemasan Atas Dampak Ledakan Nuklir

Sebuah studi tahun 2021 yang dipublikasikan pada Journal of Geophysical Research: Atmospheres, menuturkan ledakan nuklir tidak hanya akan memakan banyak korban secara langsung. Asap dan jelaga dari api yang berkobar akibat ledakan nuklir dapat memicu perubahan iklim, yang mengancam pasokan makanan global dan kesehatan manusia secara keseluruhan.

Meski penelitian tentang dampak psikologis dari kecemasan nuklir masih terbatas, beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal itu dapat menimbulkan konsekuensi nyata.

Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 1986 seperti yang dilansir Discover Magazine menemukan bahwa ketakutan akan aktivitas senjata nuklir berkontribusi pada perasaan cemas.

Studi lain pada remaja Finlandia selama Perang Teluk Persia 1991 juga menemukan bahwa mereka yang sering khawatir tentang ancaman nuklir, lebih rentan terhadap depresi dan kecemasan lima tahun kemudian.

Meskipun konsekuensi jangka panjang dari kecemasan nuklir sebagian besar masih belum diketahui, ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk meredakan ketakutan dalam jangka pendek.

The International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) merilis postingan blog yang merinci tip untuk mengelola kecemasan, seperti berfokus pada kebenaran, seperti berpegang pada fakta bahwa perang nuklir belum benar-benar dimulai, hingga mengatur pernapasan Anda ketika merasa cemas.

Baca Juga: