Moskow - Perang tak hanya menimbulkan kerusakan fisik melainkan juga bisa memicu krisis ekonomi. Invasi militer Russia ke Ukraina ternyata dapat berdampak negatif bagi perekonomian di Negeri Beruang Merah tersebut.

Menurut hasil survei independen dari sejumlah analis yang dilakukan oleh bank sentral Russia menunjukkan, Kamis (10/3), inflasi di Russia bisa memanas hingga menyentuh level 20 persen dengan prediksi ekonomi berpotensi terkoreksi 8,0 persen pada 2022.

Menurut 18 ekonom yang disurvei oleh bank sentral Rusia antara 1 Maret dan 9 Maret, tingkat suku bunga rata-rata tahun ini diperkirakan sebesar 18,9 persen, katanya dalam sebuah pernyataan.

"Revisi signifikan dari perkiraan konsensus mencerminkan perubahan drastis dalam kondisi ekonomi selama dua minggu terakhir," kata Deputi Gubernur Bank Sentral Alexei Zabotkin dalam sebuah pernyataan terpisah.

"Langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral Rusia dan pemerintah ditujukan untuk membatasi skala penurunan ekonomi dan menghindari periode inflasi tinggi yang berkepanjangan."

Inflasi konsumen tahunan mencapai 10,42 persen pada 4 Maret, karena rubel menyentuh posisi terendah bersejarah setelah invasi Rusia ke Ukraina, diikuti oleh sanksi keras Barat yang memutuskan bank sentral dan bank-bank dari sistem keuangan global.

Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20 persen dari 9,5 persen dalam langkah darurat pekan lalu, memperkenalkan kontrol modal dan mengatakan kepada perusahaan-perusahaan yang berfokus pada ekspor untuk menjual mata uang asing karena rubel jatuh ke rekor terendah.

Baca Juga: