Diperlukan waktu agar tercapainya keseimbangan harga, baik di tingkat produsen dan konsumen.

JAKARTA - Pemerintah memiliki tiga program utama sebagai bentuk intervensi pasar untuk menyeimbangkan harga pangan yang dilaksanakan oleh Bulog.

"Bulog melaksanakan intervensi pertama melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) yang mendatangi langsung ke pemukiman penduduk atau tempat keramaian, kemudian intervensi selanjutnya adalah program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang disalurkan ke retail modern, pasar tradisional dan pasar induk, dan yang baru saja dilaksanakan adalah penyaluran bantuan pangan sebanyak 10 kilogram (kg) ke masing-masing Keluarga Penerima Manfaat (KPM)," ujar Kepala Badan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, dalam kunjungan kerjanya ke Kota Bitung, Sulawesi Utara, akhir pekan lalu.

Selanjutnya, Arief menegaskan memang diperlukan waktu agar tercapainya keseimbangan harga baik di tingkat produsen dan konsumen. Namun, hal itu telah diperhitungkan dengan baik oleh pemerintah sehingga masyarakat tidak perlu merasa khawatir terhadap harga pangan yang saat ini belum menentu.

Di lokasi yang sama, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik (SCPP) Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, menerangkan pihaknya akan terus melakukan manuver positif menyikapi harga beras yang masih fluktuatif dengan bergerak cepat menjalankan semua penugasan dari pemerintah.

"Penyaluran bantuan pangan beras saat ini berjalan semua di seluruh Indonesia, kemudian semua outlet distribusi program SPHP, baik itu pasar induk, pasar tradisional dan retail modern telah kami gelontorkan beras SPHP untuk memperbanyak ketersediaan agar masyarakat tidak kesulitan dalam mencari beras. Yang terbaru, kami juga terjun langsung melalui Gerakan Pangan Murah ke masyarakat dengan melaksanakan program penjualan pangan pokok murah yang destinasinya dekat dengan pemukiman warga," jelasnya.

Pemerintah terus melakukan aksi cepat tanggap atas dampak perekonomian yang ditimbulkan oleh perubahan iklim El Nino yang saat ini melanda dunia.

Produksi Stabil

Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan produksi beras dalam negeri dari berbagai daerah tetap akan memasok kebutuhan nasional.

Kementan memprediksi jumlah produksi pada awal 2024, mulai dari Januari hingga Maret, masih akan memasok kebutuhan nasional. Sebut saja pada Januari 2024, dari seluruh daerah di Indonesia, diprediksi produksi padi berjumlah 1,6 jt ton-GKG (gabah kering giling)

Lalu, pada Februari 2024, prediksi produksi padi berkisar di angka 2,4 jt ton-GKG. Kemudian pada Maret 2024, produksi padi diprediksi berjumlah 6,1 jt ton-GKG dan prediksi April lebih tinggi lagi dibandingkan Maret.

"Salah satunya di Jawa Timur, misalnya di Ngawi, sudah mulai memasuki musim panen dan siap berproduksi. Ngawi salah satu sentra produksi nasional," kata Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Ismail Wahab.

Di Jawa Timur, mulai memasuki panen raya, diprediksi luasan panen padi mencapai 239 ribu hektare (ha) pada Maret 2024 dan 300 ribu ha diprediksi panen pada April.

"Maret ini pun misal Ngawi diprediksi lahan padi yang akan panen seluas 18 ribu hektare. Itu membuktikan kemampuan berproduksi padi," imbuh Ismail.

Dia menegaskan ketersediaan beras dapat terjaga dan kini mulai memasuki musim panen padi.

Baca Juga: