Nyanyian rasis telah terdengar di stadion Italia dalam beberapa tahun terakhir.

MILAN - Sepakbola Italia kembali dilanda badai rasisme lainnya ketika Romelu Lukaku menjadi sasaran nyanyian suara monyet. Meski demikian pemain asal Belgia itu berhasil menempatkan Inter Milan berada di puncak klasemen Serie A. Lukaku mencetak gol dari titik penalti untuk memastikan kemenangan 2-1 atas Cagliari, Senin (2/9) dini hari WIB.

Lukaku yang direkrut dari Manchester United pada bursa transfer musim panas, sedang bersiap untuk melakukan tendangan penalti pada menit ke-71 di Sardinia. Saat itulah dia mengalami pelecehan rasis dari kerumunan penonton yang berlanjut selama beberapa detik.

Pemain berusia 26 tahun itu dengan marah melihat ke arah tribun sebelum dengan percaya diri mencetak gol. Torehan Lukaku itu tercipta setelah gol pembuka Lautaro Martinez pada menit ke-28 untuk tim asuhan Antonio Conte. Pamain Cagliari Joao Pedro menyamakan keduduakn empat menit usai istirahat.

Lukaku dengan cepat dikelilingi oleh rekan-rekan setimnya ketika Inter memenangkan pertandingan kedua dari dua pertandingan liga. Mereka mengungguli juara bertahan Juventus, yang juga mengoleksi poin maksimum setelah menang 4-3 atas Napoli.

Nyanyian rasis telah terdengar di stadion Italia dalam beberapa tahun terakhir. Striker Juventus Moise Kean juga menjadi korban pelecehan serupa, bersama rekan satu timnya Blaise Matuidi, di kandang Cagliari setelah dia mencetak gol di sana untuk mantan timnya Juventus April lalu.

Kalidou Koulibaly dihujani dengan nyanyian suara monyet musim lalu oleh penggemar Inter di San Siro, sementara beberapa pemain kulit hitam lainnya menjadi sasaran.

"Saya tidak mendengar (nyanyian itu)," ujar Conte. "Namun saya dapat berbicara secara umum: Saya pikir kami perlu meningkatkan diri di Italia, untuk menghormati semua orang," sambungnya.

"Ketika saya bekerja di luar negeri, para penggemar akan bersorak untuk tim mereka sendiri, tidak menghabiskan seluruh waktu menghina lawan. Saya baik-baik saja di sini, tidak ada yang menghina saya," tandasnya.

Roma Merosot

Pada pertandingan lain, Roma dan Lazio harus puas dengan hasil imbang 1-1 dalam derby Roma. Aleksandar Kolarov membuat Roma unggul pada menit ke-17. Tetapi Luis Alberto mencetak gol penyama sesaat sebelum laga berlangsung satu jam. Hasil imbang itu membuat Paulo Fonseca masih tanpa kemenangan sebagai pelatih baru Roma.

Lazio melewatkan beberapa peluang untuk memastikan kemenangan kedua dari dua pertandingan pembukaan. Upaya mereka membentur tiang gawang empat kali dengan Roma menggetarkan mistar gawang dua kali.

"Ada sedikit kekecewaan. Kami memiliki 21 tembakan ke gawang, membentur tiang gawang empat kali dan satu gol dianulir," ujar pelatih Lazio Simone Inzaghi.

"Kami memiliki banyak peluang dan seharusnya memenangkan pertandingan seperti itu," sambungnya.

Lazio berada di urutan keempat klasemen, sementara Roma merosot ke posisi 15 setelah dua kali seri. "Kami menawarkan pertunjukan yang luar biasa bagi publik, dan sensasi yang luar biasa bagi saya sebagai pelatih, pada derby Roma pertama saya," ujar Fonseca.

"Mereka menciptakan begitu banyak peluang mencetak gol, tetapi sulit untuk bermain melawan tim seperti Lazio yang menekan di setiap area," sambungnya.

Derby berlangsung di tengah peningkatan keamanan setelah pembunuhan mantan kepala ultras Lazio Fabrizio Piscitelli. Pria yang dijuluki "Diabolik" itu ditembak mati di ibukota Italia bulan lalu.

Piscitelli selama hampir 30 tahun adalah pemimpin dari kelompok penggemar hardcore (garis keras) Irriducibili Lazio. Dia juga terkenal karena politik sayap kanannya.

Penggemar Lazio membentangkan spanduk untuk menghormatinya sebelum pertandingan dengan bertuliskan "Istirahat dengan tenang Fabrizio". ben/AFP/S-1

Baca Juga: