Judul : Done Is Better Than Perfect

Penulis : Denny Santoso dan Ollie

Penerbit : Gramedia

Cetakan : 2017

Tebal : 237 halaman

ISBN : 978-602- 03-5542-9

Buku ini mengisahkan Denny Santoso, pebisnis online sukses dengan omzet miliaran rupiah yang memulai usaha dengan modal 2,5 juta rupiah. Standar kesuksesannya mencakup keluarga, kebebasan waktu, dan finansial, serta fitalitas tubuh. Dia ingin selalu dekat dengan keluarga. Dalam waktu bersamaan menjaga tubuh sehat dan memiliki uang cukup. Dia melihat banyak orang yang kariernya bagus terlalu sibuk, sehingga lupa keluarga dan kesehatan fisiknya.

Ketika masih mahasiswa, dia sangat menyukai materi pemrograman. Dia membaca dan menguasai materi sebelum dibahas dosen. Dia suka bermain games dan mampu membuat. Passion-nya terhadap dunia ini membuat dia mudah diterima bekerja sebagai freelance programmer di sebuah perusahaan.

Tidak lama kemudian, dia berhenti karena tidak betah. Potensinya dieksploitasi, namun perusahaan tidak mengapresiasi memadai. "Mereka bergantung pada saya untuk masalah apa pun yang berhubungan dengan komputer, tapi tak memberi reward untuk tenaga dan waktu. Saya kehilangan time freedom," keluhnya (hlm xii).

Dia mulai merintis bisnis suplemen untuk teman-temannya yang suka fitnes. Melihat prospek yang bagus dalam penjualan obat kesehatan tersebut, dia melebarkan pangsa pasar secara online dengan meliris situs khusus seputar kesehatan. Denny sadar, orang tidak akan segera mau membeli suplemen mahal, tanpa lebih dulu mengerti manfaatnya.

Menurut Denny, penjual dan pembeli mirip pria dan wanita. Keduanya tidak mungkin mau menikah seusai bertemu pertama. Harus ada kesepahaman yang kuat keduanya. Konsumen juga tidak mungkin langsung membeli produk yang ditawarkan, tanpa benar-benar memahami produk. "Saya percaya, kekuatan sebenarnya dari produk yang dijual baru bisa terlihat saat mengingatkan manfaatnya," katanya (hlm xv).

Dia juga senantiasa konsultasi kepada mentor profesional. Tak soal biaya mahal karena hasilnya juga pesat (hlm 54). Berbagai lokakarya diikuti untuk meningkatkan kemampuan, menambah jaringan, dan menemukan produk-produk unik yang bisa dipasarkan. Misalnya, ketika lokakarya ke Tiongkok, dia melihat barang-barang unik yang potensial dijual di Indonesia.

Sekembali ke Tanah Air, dia menjadi pemasok barang tersebut. Dia membuka seluas-luasnya kesempatan bagi penjual online untuk bergabung, tanpa membebani proses pembelian, pengiriman, dan pengepakan. Denny merasa bahagia ketika bisa berbagi pengalaman dan ilmu. Kapan saja dia bersedia diminta untuk memberi informasi seputar bisnis. Bahkan tanpa diminta, pebisnis muda ini memang sering berbagi informasi berharga tentang bisnis di situs. Ini bisa diakses setiap orang secara gratis.

Denny mengakui, dalam membangun bisnis, musuh utama adalah kelemahan sendiri karena merasa pesimistis, tidak kompeten, terlalu tua, ragu berhasil, tak berbakat, dan segala pikiran negatif. Ini membuat seseorang tak bisa melihat peluang (hlm 107).

Buku ini memberi inspirasi karena ditulis pebisnis sukses yang memulai segalanya dari nol, bukan mewarisi kejayaan bisnis keluarga. Pergulatan hidup menghadapi beragam kesulitan, langkah-langkah memperbaiki kualitas diri, serta kesedian berbagi ilmu merupakan nilai berharga.

Tidak banyak orang sukses yang rela berbagi dan membantu pebisnis kecil agar besar. Pengalaman pahit awal memulai bisnis sangat mungkin menggerakkan hati untuk membantu yang mengalami serupa. Inilah yang ditunjukkan Denny Santoso.


Diresensi Lailatul Qodariyah, Alumna Universitas Trunojoyo Madura, Jawa Timur

Baca Juga: