JAKARTA - Kondisi pasar logistik di Tanah Air sangat dinamis saat ini sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Karenanya, inovasi dan kolaborasi serta digitalisasi rantai pasok sangat penting untuk memperkuat daya saing industri logistik nasional, baik saat ini maupun masa mendatang.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logitik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan kolaborasi sektor logistik membutuhkan dukungan berbagai pihak, termasuk Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan.

"Sejak beberapa waktu silam, ALFI terus mendorong dan menjadikan logistik Indonesia lebih kompetitif, dinamis dan inovatif. Kami juga berharap agar anggota ALFI dapat terus berkolaborasi dengan semua pihak, karena kolaborasi adalah kunci untuk menjadikan logistik Indonesia yang lebih kompetitif dan inovatif," ujar Yukki melalui keterangan tertulisnya pada Selasa (28/12).

Yukki menambahkan ALFI mendorong semua pihak menghilangkan ego sektoral untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional pascakrisis akibat dampak pandemi.

Selain kolaborasi, pelaku industri logistik juga perlu melakukan berbagai terobosan, terlebih di era perkembangan teknologi digital. Selama pandemi, terjadi pergeseran perilaku transaksi masyarakat, dari offline menjadi online (daring). Banyak masyarakat memanfaatkan platform e-commerce dalam memenuhi kebutuhannya.

Karenanya, pelaku bisnis logistik perlu segera beradaptasi. Transformasi digital di sektor logistik keharusan dan bisa menjadi katalis untuk bisa bertahan hingga melakukan berbagai ekspansi, terutama selama pandemi Covid-19 hingga sekarang ini.

Tulang Punggung

Sektor logistik di tengah pandemi Covid 19, katanya, menjadi tulang punggung bagi sektor lain yang membutuhkan distribusi barang. Pasalnya, perubahan pola bisnis dan perdagangan, saat ini juga tidak terlepas dipengaruhi karakteristik perkembangan masyarakatnya, yang dimulai dari generasi sebelumnya hingga generasi saat ini.

"Bahkan, dalam perkembanganya, aktivitas perdagangan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir atau ritel juga mengalami pergeseran cukup masif," katanya.

Seperti diketahui, nilai transaksi secara online pada 2025 diproyeksikan tumbuh 5-10 persen dari perkiraan sebelum adanya Covid-19 hanya 57 persen dan estimasi setelah adanya Covid-19 mencapai 67 persen.

Baca Juga: