"Jaka Samudra" bagan apung ramah lingkungan menjadi solusi bagi nelayan Tihi-Tihi, Bontang agar tetap bisa melaut meski cuaca buruk.
JAKARTA - Nelayan Kampung Tihi-Tihi, Bontang Selatan, Kota Bontang, Kalimantan Timur kini memiliki harapan baru dalam menghadapi tantangan cuaca buruk yang sering menghambat aktivitas mereka.
PT Badak LNG meluncurkan inovasi baru bernama "Jaka Samudra", bagan apung modern dan ramah lingkungan yang dapat menjadi solusi bagi nelayan agar tetap dapat mencari nafkah meskipun kondisi cuaca tidak bersahabat.
Ketua RT 17 Kampung Tihi-Tihi, Muslimin mengatakan, kehidupan nelayan tangkap di kampungnya mengalami beberapa masalah. Kondisi cuaca tak menentu membuat mereka harus menepi, tak bisa melaut, dan berujung pada penghasilan yang tidak pasti. Ditambah lagi, ancaman polusi limbah di lautan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem laut, memukul telak mata pencaharian nelayan tangkap dan pembudidaya rumput laut.
"Sebagian besar warga di sini bekerja sebagai nelayan tangkap dan nelayan rumput laut. Kalau cuaca lagi tidak mendukung, kami tidak melaut," ungkap Muslimin dari Bontang kemarin.
"Jaka Samudra" merupakan singkatan dari Jaringan Kawasan Sistem Pelampung Akuakultur Modern Ramah Lingkungan. Teknologi ini memanfaatkan limbah non B3 seperti pipa FRP (Fiberglass Reinforced Plastic) dan polyurethane, serta dilengkapi dengan sensor pintar yang dapat mendeteksi kebocoran dan kemiringan bagan apung.
Menurut Community Development Analyst Badak LNG, Dwi Thia Putri, program ini bagian dari inisiatif sosial perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. "Bagan apung Jaka Samudra adalah salah satu contoh pemanfaatan teknologi untuk membantu ekonomi masyarakat, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan," ungkapnya.
Nelayan di Kampung Tihi-Tihi yang sebagian besar mengandalkan tangkapan laut dan budidaya rumput laut, sering kali kesulitan saat cuaca buruk. "Kami memang ingin sekali memiliki bagan apung, karena ini bisa menjadi tambahan penghasilan saat cuaca tidak mendukung untuk melaut," ujar Irwan, salah satu warga sekaligus anggota kelompok binaan Menara Marina, program pengembangan masyarakat Badak LNG.
Tak hanya memberikan solusi pada saat cuaca buruk, "Jaka Samudra" juga dilengkapi panel surya sebagai sumber energi untuk lampu atraktor di atas dan di bawah air. Inisiatif ini sejalan dengan komitmen Badak LNG untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta mendukung penggunaan energi terbarukan di sektor perikanan.
Selain itu, Badak LNG juga memperkenalkan inovasi "Apartemen Ikan" atau concrete reef, yang ditempatkan di bawah bagan apung. Struktur buatan ini terbuat dari kalsium silikat dan berfungsi sebagai tempat tinggal ikan, yang diharapkan dapat meningkatkan populasi ikan di sekitar area bagan. Hal ini memberikan manfaat tambahan bagi nelayan dalam memperluas peluang tangkapan mereka.
Sejak 2023, menurut CSR & Comdev Specialist Badak LNG, Ilham Ayuning Tanjung Sari, pihaknya telah meluncurkan berbagai program untuk membantu nelayan Tihi-Tihi, termasuk KAPSURULA (Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan), yang menggantikan pelampung plastik dalam budidaya rumput laut. Hingga kini, sebanyak 1.500 KAPSURULA telah digunakan, membantu mengurangi dampak mikroplastik di laut dan mendukung upaya daur ulang.
Menurut Muslimin, kehadiran Badak LNG membantu kampung Tihi-Tihi dari segala hal. Baik dari ekonomi, sosial, pendidikan, bahkan hingga kesehatan. "Fasilitas umum di sini pun diperbaiki oleh perusahaan," jelas dia.
Dengan hadirnya bagan apung Jaka Samudra, menjadi pelengkap kebutuhan Kampung Tihi-Tihi untuk dapat semakin berkembang. Bagan apung telah lama menjadi impian nelayan Tihi-Tihi. Inovasi tersebut ibarat "sawah di laut" yang bisa menjadi sumber penghidupan baru, terutama ketika para nelayan tidak bisa melaut karena cuaca buruk.
Badak LNG perkenalkan "Jaka Samudra", bagan apung yang menggunakan teknologi serta memanfaatkan limbah non B3 dari proses produksi perusahaan, seperti pipa FRP (Fiberglass Reinforced Plastic) dan polyurethane. Tidak seperti bagan biasa, bagan apung Jaka Samudra dilengkapi dengan pelampung FRP yang memiliki ketahanan hingga 40 tahun. Pelampung ini juga dilengkapi sensor pintar untuk mendeteksi kebocoran dini dan mendeteksi kemiringan bagan apung.
Pembuatan sensor pintar juga memanfaatkan limbah non b3 yaitu tubing AC. Sensor pintar tersebut dapat memberikan peringatan kepada nelayan di Tihi-Tihi melalui notifikasi via telepon seluler jika ada masalah karena dapat dipantau dari jarak jauh. Inovasi ini juga memungkinkan nelayan dapat memitigasi dan mencegah bagan apung karam karena kebocoran.
Comdev Facilitator Badak LNG, Restra Sewakotama menerangkan, concrete reef dari kalsium silikat aman untuk lingkungan laut. Dalam waktu dua minggu, concrete reef ini efektif menarik ikan-ikan untuk berdatangan. "Kami pun menggunakan kalsium silikat yang merupakan salah satu jenis mineral dan dapat terurai di lautan. Jadi lebih ramah lingkungan," katanya.
Bagan apung Jaka Samudra juga mengintegrasikan penggunaan energi terbarukan. Panel surya dipasang sebagai sumber energi untuk lampu-lampu atraktor di bawah dan di atas air. Inisiatif tersebut dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Kehadiran program "Menara Marina" melalui inovasi sosial "Jaka Samudra" menjadi bentuk upaya kolaboratif antara perusahaan dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan laut yang lestari untuk semua.