Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian melakukan inovasi dengan mengembangkan teknologi kultur jaringan untuk mengatasi kelangkaan benih porang.

Peneliti Ahli Utama BB Biogen, Badan Litbang Pertanian, Ika Roostika Tambunan mengatakan harga porang iris kering yang terus melonjak dari tahun ke tahun membuat banyak petani menanam porang. Namun, budidaya tanaman tersebut terhambat kelangkaan dan mahalnya harga benih/bibit.

"Selama ini petani mendapat benih porang dari umbi, katak/bulbil atau biji pada bunga porang. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan menjamin ketersediaan bibit porang, menerapkan teknik kultur jaringan," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, biasanya petani menggunakan benih alami dari umbi dan katak/bulbil yang harganya mencapai 150.000-400.000 rupiah per kg. Sementara itu, kebutuhan benih porang sekitar 200 kg/hektare, sehingga petani harus mengeluarkan biaya antara 30 juta-80 juta rupiah per hektare.

Tanaman porang (Amorphophallus muelleri) merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang bernilai ekonomi tinggi, biasanya komoditas ini diekspor dalam bentuk chips atau tepung.

Dalam industri pangan, porang bisa diolah menjadi tepung, shirataki, konyaku, dan gelling agent. Sedangkan industri obat-obatan memanfaatkan untuk menurunkan kolesterol dan gula darah, mencegah kanker, serta menurunkan obesitas dan mengatasi sembelit.

Baca Juga: