Rangkasbitung - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten membina pelaku usaha aneka kerajinan peserta Keluarga Berencana (KB) guna meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga di daerah itu.
"Kami mengapresiasi para pelaku usaha aneka kerajinan binaannya banyak yang sejahtera," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak Abdul Rohim di Rangkasbitung, Lebak, Senin.
Pembinaan terhadap peserta KB yang mengembangkan aneka usaha kerajinan, karena mereka masuk pasangan usia subur (PUS), sehingga dapat membantu pendapatan ekonomi keluarga.
Kebanyakan yang menggeluti usaha kerajinan peserta KB itu aneka usaha kerajinan keripik singkong, keripik pisang, keripik ubi-ubian, pare crispy, telur asin, makanan tradisional hingga makanan camilan.
Namun, pembinaan tersebut khususnya bagi peserta KB untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarga mereka.
"Produksi aneka kerajinan itu bisa dipasok di pasar lokal hingga ke luar daerah melalui pemasaran digitalisasi itu," katanya menjelaskan.
Menurut dia, pemerintah daerah melakukan pembinaan kepada peserta KB yang mengembangkan usaha aneka kerajinan itu, di antaranya peningkatan kualitas dan mutu produk mulai pengemasan, perizinan, pemasangan barcode dan sertifikasi halal.
Selain itu juga mereka mendapatkan pelatihan digitalisasi agar memahami broadcasting, bisnis e-commerce, digital content, E-learning dan bisnis afiliasi.
Pelatihan digitalisasi itu bagaimana cara memosting produk kerajinan aneka makanan hingga ke aplikasi media sosial, seperti Marketplace, Shopee, Lazada, Akulaku, Tokopedia, Bukalapak, Facebook, Instagram Twitter dan YouTube.
"Kami berharap pelatihan digitalisasi agar pelaku usaha mereka dapat meningkatkan omzet pendapatan," kata Abdul Rohim.
Sementara itu, Nina (35) seorang peserta KB yang mengembangkan aneka usaha kerajinan pare crispy warga Cibadak
Kabupaten Lebak mengatakan sejak tiga tahun terakhir ini permintaan pasar cukup tinggi setelah memasarkan secara online juga ada dari Depok dan DKI Jakarta.
''Kita sekarang sudah banyak pelanggan melalui medsos dan bisa menjual sebanyak 30 kg produk makanan crispy pare dengan harga Rp30O ribu/ kg, sehingga dapat menghasilkan omzet Rp3 juta/ hari, " kata Nina.