VATIKAN - Pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus, mengeluarkan seruan terhadap kebijakan pemerintah untuk meningkatkan tingkat kelahiran Italia yang lesu, di tengah meningkatnya kepanikan tentang penurunan populasi.

Italia memiliki populasi tertua kedua di dunia, dan salah satu tingkat kesuburan terendah di Uni Eropa (UE), dengan 1,27 kelahiran hidup per wanita tercatat pada 2019 dibandingkan dengan rata-rata UE sebesar 1,53.

Tahun lalu, negara itu mencatat 404.000 kelahiran hidup, jumlah terendah sejak penyatuannya pada 1861. Lonjakan kematian yang bersamaan karena pandemi Covid-19 membuat populasi negara itu secara efektif menyusut 342.000. Itu setara dengan kehilangan penduduk dari kota seukuran Florence.

Penurunan yang menjadi rekor terburuk sejak wabah Flu Spanyol 1918 itu, baru-baru ini mendorong Perdana Menteri Mario Draghi, seperti dikutip dari euronews, untuk memperingatkan bahwa jika tren berlanjut, Italia dapat "tidak ada lagi".

Pada Jumat, Paus menggunakan pidatonya di Vatikan untuk menyerukan Roma agar menciptakan kondisi ekonomi yang dibutuhkan bagi kaum muda untuk tinggal di negara itu, dan memiliki keluarga.

"Sangat penting untuk menawarkan kepada kaum muda jaminan pekerjaan yang cukup stabil, keamanan memiliki rumah dan insentif untuk tidak meninggalkan negara," katanya.

Insentif pasca-Covid-19

Pemerintah Italia telah meluncurkan rencana pemulihan virus korona senilai 221,8 miliar euro yang bertujuan mengatasi masalah populasi pekerja yang menyusut. Stimulus ini akan diinvestasikan di pusat penitipan anak dan sekolah dasar, serta industri digital dan ekologi yang ditujukan untuk pekerja yang lebih muda, sambil menawarkan mereka bantuan mengamankan hipotek di Italia.

Undang-undang Anggaran untuk 2021 mempertahankan insentif melahirkan anak sejak 2017, yang disebut 'Bonus Mamma Domani', berupa pembayaran tunai satu kali sebesar 800 euro untuk ibu hamil yang dapat diklaim sejak bulan ketujuh kehamilan. Negara itu juga memperkenalkan 'Bonus Bayi' baru dengan gaji bulanan dari 80 hingga 160 euro untuk orang tua baru berpenghasilan rendah, yang memiliki atau mengadopsi anak kapan saja di tahun 2021.

Sementara itu, Paus bukan satu-satunya tokoh agama utama yang menyerukan peningkatan insentif pengasuhan anak di wilayah asalnya. Di Iran, di mana tingkat pertumbuhan penduduk juga menurun, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang dianggap oleh para pendukungnya sebagai mitra Paus di dunia Muslim Syiah, telah berulang kali menuntut hal yang sama.

Pada Februari 2021, parlemen Iran mengamankan sekitar 29,7 juta euro untuk disalurkan sebagai pinjaman tanpa bunga kepada 6.000 keluarga berpenghasilan rendah, dengan dua anak, yang memiliki anak ketiga pada 2022. Inisiatif ini mengikuti rencana mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad pada 10 tahun lalu untuk memberi 'hadiah' satu kali sebesar 1.000 euro kepada orang tua untuk kelahiran setiap anak baru.

Program insentif Iran, bagaimanapun, datang bersamaan dengan serangkaian tindakan kejam untuk mencegah orang tetap tidak memiliki anak, seperti menuntut petugas kesehatan yang menawarkan kontrasepsi kepada pasien mereka.

Baca Juga: