Baru-baru ini, sutradara trilogi Lord of the Rings, King Kong dan The Lovely Bones, Peter Jackson, menyebut "Talk to Me" sebagai film horor "terbaik, paling intens" yang pernah ia tonton.

"Ini sangat menakutkan dan meresahkan dalam cara terbaiknya," kata Jackson pada Total Film.

"Talk To Me tidak hanya bagus, tapi sangat sangat bagus. Film horor terbaik dan paling intens yang pernah saya nikmati selama bertahun-tahun," ujarnya.

Tak hanya Jackson, Phillipou bersaudara, yang menyutradarai karya menakutkan ini telah menerima pesan selamat dari raja-raja horor seperti Ari Aster, Jordan Peele, bahkan legenda seperti Stephen King dan Steven Spielberg.

Talk to Me berkisah tentang sekelompok remaja menemukan cara baru untuk mendapat sensasi dari tantangan berbicara dengan entitas yang mereka anggap sebagai arwah orang mati. Tantangan tersebut dilakukan menggunakan media sebuah patung keramik berbentuk tangan yang harus disentuh selama 90 detik, hingga pelaku permainan dapat melihat sosok yang menakutkan.

Semuanya berjalan menyenangkan sampai timbul kejadian mengerikan dan korban mulai jatuh tanpa henti akibat kecerobohan dari sebagian remaja.

Jelas ada sesuatu yang istimewa tentang Talk To Me yang melampaui kiasan film horor tradisional, dan pembuat film muda mendapatkan sederet pujian dari oara maestro dalam karya pertama mereka tebtu bukanlah hal yang mudah.

Sejak adegan pembuka hingga selama dua jam, penonton film yang lokasi syutingnya mengambil lokasi di Adelaide, Australia ini seperti tidak diberi kesempatan untuk menarik napas. Meskipun hanya mengandalkan cerita sederhana, kita akan diseret dalam rasa penasaran akan ketidakpastian nasib para karakter yang terjebak dengan permainan "Jaelangkung ala negeri Kangguru" ini.

Dengan alur cerita yang sangat hidup dan bergairah, penuh dengan soundtrack bernuansa pop rock yang identik dengan kehidupan remaja, Talk To Me sebenarnya tidak seperti fim horor kebanyakan yang berusaha mendikte penonton bahwa "saya adalah film yang seram". Aura kengerian dan kekejaman akan datang dengan sendirinya, seolah karena memang itu semua konsekuensi dari cerita. Tanpa terasa, menit demi menit penonton seperti dihipnotis untuk menikmati rasa takut secara sukarela.

Menggunakan teknik pembuatan film praktis yang jenius, Phillipou bersaudara berhasil mengeksekusi banyak elemen yang mengerikan. Bahkan sejumlah adegan sadis Talk To Me begitu mengagetkan tetapi dapat mengalir secara mulus di hadapan penonton, tanpa kesan dibuat-buat.

Kekuatan lain dari film ini adalah semua karakter begitu hidup dengan akting para pemain yang prima, tampil apa adanya. Sampai-sampai membutuhkan waktu seperempat durasi film, hingga penonton baru sadar siapa saja sosok protagonis utama dan apa (siapa) yang menjadi antagonis.

Karena ini film Australia, penonton seperti menghadapi banyak wajah baru dengan logat khasnya, kecuali Miranda Otto (Lord of the Ring) yang menjadi Sue, ibu dari karakter utama Mia (Sophie Wilde). Namun keberadaan sederet pemain yang kurang dikenal inilah bukti lain bahwa Talk To Me berhasil menjadi karya bagus, tanpa harus ada andil aktor-aktris besar.

Ditambah lagi, meskipun ada, film dengan jump scare yang tidak "pasaran" dan sulit ditebak ini, tidak terlalu mengandalkan CGI atau spesial efek yang berlebihan seperti pada film modern. Talk To Me murni melejit
karena kekuatan cerita, karakter serta nuansa yang dibangun, yang berhasil disatukan dengan rapi oleh sutradara.

Saat ini, film ber-budget rendah ini telah menghasilkan $31 juta di Amerika Serikat, dan terus bertambah dan akan mengakhiri box office-nya sebagai salah satu dari lima film A24 dengan pendapatan kotor tertinggi di dalam negeri. Studio tersebut baru-baru ini juga mengumumkan bahwa sekuelnya sedang dibuat dan Philippou bersaudara kembali menyutradarainya.

Baca Juga: