TIMIKA - Aksi teror yang dilakukan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Papua mirip kelompok teroris MIT di Poso. Demikian diungkapkan Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa.

Dalam keterangan tertulisnya yang diterima Koran Jakarta, Jumat (12/3), Kolonel Suriastawa juga melaporkan perkembangan terbaru dari perburuan KKSB Papua oleh pasukan TNI.

Kata dia, baru-baru ini Prajurit TNI kembali berhasil menemukan tempat yang diduga kuat digunakan KKSB Papua sebagai tempat persembunyian. Tempat persembunyian kelompok separatis iniberupa gua dan rumah pohon sebagai pos tinjau.

"Tempat-tempat tersebut ditemukan oleh Tim Patroli Yonif Raider 715/Motoliato di Distrik Sugapa, Timika, Papua pada hari Selasa (9/3)," katanya.

Kolonel Suriastawa menambahkan, penemuan ini bukan kali pertama. Dan ini semakin menegaskan bahwa front bersenjata OPM atau KKSB Papua menggunakan taktik gerilya dalam aksinya. "Selain tergolong kriminal, aksi front bersenjata OPM ini sudah tergolong aksi terorisme dengan taktik gerilya," ujarnya.

Menurut perwira menengah angkatan darat ini, taktik gerilya KKSB di kampung, hutan, dan gunung Papua memiliki kemiripan dengan aksi kelompok teroris MIT di Poso. Karena mereka pun sama, bersembunyi di gua dan menempatkan pos tinjau di pohon-pohon untuk mengamankan dirinya dari kejaran TNI dan Polri.

"Apabila merasa kuat, mereka akan menyerang pos TNI dan Polri yang dianggap lengah, lari ke kampung untuk menjadikan warga sebagai tameng hidup dan mendapatkan logistik dari warga," ungkapnya.

Warga kampung yang mengungsi karena takut akan aksi KKSB ini, kata dia, itu yang kemudian diputarbalikkan di media. Termasuk diviralkan di medsos. Oleh front politik dan klandestin KKSB dibuat berita di media bahwa warga mengungsi karena intimidasi TNI dan Polri.

"Selain dimuat di media online tertentu, mereka sering memanfaatkan akun-akun yang memiliki banyak followers agar viral di berbagai platform medsos. Tak jarang, berita bohong ini dilengkapi dengan foto-foto lama atau dari kejadian lain hanya untuk mendapatkan framing. Begitulah kerja sama antar front OPM, yaitu front bersenjata, front klandestin dan front politik baik dalam maupun luar negeri," katanya.

Kolonel Suriastawa pun menegaskan berbagai profesi ada di front klandestin ini. Mereka, bisa berasal dari profesi apa saja.

"Namanya juga klandestin, profesinya lain tapi mendukung OPM, main dua kaki," pungkas Suriastawa.

Baca Juga: