"Cuaca yang paling tidak disukai oleh prajurit infanteri adalah suhu 35 derajat Fahrenheit dan hujan lebat, saat parit perlindungan banjir dengan air yang hampir membeku setinggi lutut .Bertahan dalam kondisi seperti itu benar-benar sebuah seni, dan pada saat-saat inilah parit memiliki energi khusus," tulis Yegor Firsov, seorang prajurit Ukraina di garis depan dalam sebuah surat untuk istrinya.

Setelah berhasil mengepung kota penting Bakhmut, Rusia di ambang kemenangan besar pertama dalam setengah tahun terakhir perang di Ukraina.

Dilansir oleh The New York Times, sebelum berjibaku melawan militer Rusia, Firsov adalah anggota Parlemen Ukraina dari 2014 hingga 2016.


Menurut penembak sekaligus petugas medis pasukan pertahanan Ukraina ini, di garis depan semua prajurit telah menganggap parit perlindungan yang kotor itu sebagai rumah kedua yang jauh dari kampung halaman mereka. Ada kantong tidur, amunisi dan makanan tentunya.

"Tetapi orang-orang juga menyimpan buku dan menempelkan gambar anak-anak mereka di dinding," ungkapnya.

Firsov menuturkan, terkadang musuh cukup dekat sehingga mereka bisa melihatnya tanpa teropong. Terkadang hanya berjarak beberapa ratus kaki.

"Tugas kita adalah untuk mempertahankan benteng, dan dalam ungkapan umum ini terdapat gagasan utama perang: tidak menyerahkan tanah Anda kepada musuh".

"Jadi saat tembak-menembak dimulai, seorang prajurit tidak bisa begitu saja berlindung; dia juga harus memastikan musuh tidak bergerak maju. Itulah yang terjadi: Ketika musuh mulai menembak, infanteri mereka mulai maju," ungkapnya.

Suatu hari posisi regu Firsov dibombardir dengan mortir 120 milimeter selama beberapa jam. Ketika rentetan dimulai, itu menakutkan. Pertama, terdengar suara proyektil terbang keluar dari peluncur. Lalu ada penantian beberapa detik dan getaran kedatangannya.

Parit itu berguncang, tanah berhamburan dari atas. Lalu terdengar suara ledakan yang memekakkan telinga selama beberapa detik.

"Jika merasakan semua itu, berarti kali ini Anda sedang beruntung. Bom mendarat setidaknya 30 kaki jauhnya. Tembakan berikutnya mungkin mengenai Anda," ujarnya

Dia melanjutkan, dengan setiap ledakan, pecahan baja menyebar seperti anak panah tajam ke segala arah. Ukuran pecahan besar dari peluru mortir sekitar setengah ukuran telapak tangan, dan berat. Itu bisa menembus rompi antipeluru.

"Tapi pecahan kecil yang hampir tak terlihat yang masuk ke tubuh lebih buruk. Itulah mengapa kami, saya seorang tenaga medis dan juga seorang penembak, harus dengan hati-hati memeriksa yang terluka dan meraba semuanya, agar tidak melewatkan luka pecahan peluru berbahaya yang dapat menyebabkan pendarahan dalam," terangnya.


Jika proyektil kaliber besar mengenai parit, lanjutnya, tentara dapat terkubur dan rekan di dekatnya harus menggalinya sebelum mereka mati lemas. Ledakan yang dirasakan dari bawah tanah terasa lebih tidak menyenangkan daripada di permukaan.

Gelombang ledakan menciptakan ruang hampa dan menekan telinga. Rasanya seperti gegar otak ringan. Mereka diajari untuk tidur dengan tangan melingkari senapan mesin. Jika terkubur, mereka memegangnya saat merangkak keluar dari bawah tanah.

Penembakan bisa berlangsung selama beberapa jam, dan setelah selesai orang tidak lagi merasa takut. Tubuh terbiasa dengannya.

"Anda berpikir bahwa mungkin sekarang Anda kebal terhadapnya. Anda meninggalkan parit dan matahari bersinar dan burung-burung berkicau, seolah-olah Anda memimpikan kengerian ini," tulisnya.

"Kemudian terdengar rentetan tembakan lain dan ada ketakutan lagi".

Menurutnya, di garis depan, emosi menguasai keseluruhan. Adrenalin membuat mata hampir berbinar. Di tempat lain, kehidupan tampaknya memudar. Mereka berhenti merasa takut tetapi mereka juga berhenti bersukacita.

"Saya telah bertemu tentara dengan kehampaan dan ketidakpedulian di mata mereka. Tentara di parit sangat peduli satu sama lain, tetapi tingkat ketegangannya sangat tinggi sehingga biasanya tidak ada yang menangis ketika seseorang terluka atau terbunuh," kata Firsov.

Tapi ini ekstrem. Sebagian besar, manusia adalah makhluk yang terbiasa dengan segalanya. Seringkali selama tembak-menembak, para lelaki membuat lelucon dan menceritakan kisah-kisah lucu. Humor sangat membantu untuk mengatasi stres.

"Di masa damai, keberanian adalah kata-kata kosong. Di sini, itu mengungkapkan arti sebenarnya. Siapapun bisa takut, tapi pemberani menguasai ketakutan mereka dan tidak membiarkan orang lain menyerah padanya," ujarnya.

Firsov mengatakan, mereka menginspirasi keyakinan untuk kemenangan. Cukup sering hanya orang-orang biasa saja, pria muda kurus atau pria yang lebih tua.

"Bukan manusia super. Dalam kehidupan sipil, orang seperti itu bisa saja duduk di depan Anda di kereta, datang untuk memperbaiki pipa ledeng Anda atau memasang ubin di lantai Anda dan Anda bahkan tidak menyadarinya. Di sini, dia tiba-tiba mengungkapkan potensi sebenarnya," katanya.

"Kami tahu musuh kami shock. Kami mendengarnya di penyadapan radio. Bagaimana bisa? Kami memukul mereka dengan semua yang kami bisa, membakar semuanya hingga bersih dan infanteri mereka masih bertahan?!"

"Bagi orang yang akan menggali ke dalam tanah untuk bertahan hidup, kebebasan bahkan lebih penting daripada kehidupan," tutupnya.

Baca Juga: