Atas terjadinya konfrontasi maritim pada akhir pekan lalu di LTS, Inggris telah melontarkan kecaman pada Tiongkok dan menegas­kan pihak-pihak yang bertikai untuk mematuhi putusan arbitrase tahun 2016.

LONDON - Inggris pada Senin (1112) mengecam apa yang disebutnya sebagai taktik tidak aman dan eskalasi yang dilakukan oleh kapal-kapal Tiongkok terhadap kapal Filipina selama akhir pekan di Laut Tiongkok Selatan (LTS).

"Inggris menentang tindakan apa pun yang meningkatkan ketegangan, termasuk pelecehan, perilaku tidak aman, dan taktik intimidasi yang meningkatkan risiko salah perhitungan dan mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan," kata Kantor Urusan Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan.

"Baik Tiongkok dan Filipina harus mematuhi putusan arbitrase tahun 2016, yang mengikat kedua belah pihak secara hukum," imbuh kantor itu.

Menanggapi kecaman itu, juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di London mengatakan Beijing dengan tegas menentang dan mengutuk keras tuduhan tidak berdasar Inggris, dan telah mengajukan pernyataan tegas kepada pihak Inggris mengenai hal ini.

"Kami mendesak pihak Inggris untuk menghormati kedaulatan teritorial dan hak serta kepentingan maritim Tiongkok di LTS, berhenti menimbulkan masalah dan menabur perselisihan," demikian pernyataan juru bicara itu yang diposting di situs kedutaan.

Menyusul terjadinya insiden konfrontasi maritim pada akhir pekan lalu, Filipina menyatakan bahwa pihaknya telah memanggil utusan Tiongkok dan kemungkinan utusan itu diusir.

"Nota protes diplomatik telah diajukan dan duta besar Tiongkok juga telah dipanggil," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina, Teresita Daza, dalam konferensi pers pada Senin.

Sedangkan Asisten Direktur Jenderal Dewan Keamanan Nasional Filipina, Jonathan Malaya, mengatakan bahwa insiden tabrakan dan tembakan meriam air yang dilakukan Tiongkok terhadap kapal-kapal Filipina serta penggunaan perangkat akustik jarak jauh, merupakan eskalasi serius dari taktik mereka.

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada Minggu (10/12) meminta Tiongkok untuk menghentikan tindakannya yang berbahaya dan mengganggu stabilitas di laut. Para diplomat asing di Manila juga mengkritik perilaku Tiongkok tersebut.

Pertahankan Kerja Sama

Sementara itu kantor beritaNHKpada Selasa (12/12) melaporkan bahwa para perwira tinggi militer AS dan Filipina telah sepakat untuk mempertahankan kerja sama yang erat menyusul insiden penembakan meriam air oleh kapal-kapal Tiongkok terhadap kapal-kapal Filipina di LTS.

Kementerian Pertahanan AS mengatakan bahwa Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Charles Q Brown, telah berbicara dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Romeo Brawner, melalui sambungan telepon pada Senin.

"Keduanya bertukar pandangan mengenai situasi di dekat Second Thomas Shoal di Kepulauan Spratly. Mereka juga membahas peningkatan pertukaran informasi dan peningkatan latihan antara militer kedua negara," demikian pernyataan dari Kementerian Pertahanan AS.

Pada akhir pekan lalu kapal-kapal Tiongkok menembakkan meriam air ke kapal-kapal Filipina di dekat Second Thomas Shoal dan Scarborough Shoal. Tiongkok dan Filipina sama-sama mengklaim wilayah tersebut.

Sekretaris Pers Pentagon, Pat Ryder, mengatakan kepada wartawan bahwa manuver kapal Tiongkok tidak bertanggung jawab dan tidak aman. Ryder menekankan bahwa kewajiban AS berdasarkan perjanjian pertahanan bersama dengan Filipina akan tetap dipertahankan. ST/NHK/AFP/I-1

Baca Juga: