JAKARTA - Pemerintah menargetkan penyelesaian pemerataan pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi pada 2024.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate menyatakan pandemi Covid-19 dan disrupsi teknologi digital di semua sektor kehidupan masyarakat memacu transformasi digital nasional Indonesia. Pihaknya berupaya melakukan percepatan pembangunan infrastruktur digital dari hulu hingga hilir yang dimulai dari lapisan backbone, middlemile hingga the last mile. Dengan percepatan pembangunan itu, Pemerintah berharap pemanfaatan teknologi digital akan meningkat.

"Untuk mendorong migrasi aktifitas masyarakat, maka roadmap pembangunan nasional di sisi digital adalah menyelesaikan pembangunan ICT infrastruktur yang tadinya didorong karena disrupsi teknologi. Dengan munculnya Covid-19, kita harus lakukan akselerasinya dilakukan di semua layer dan semua level di Indonesia," kata Johnny dalam siaran persnya saat acara Forum Pemimpin Redaksi, Rabu (29/12).

Dia menyatakan di level lapisan backbone, Kementerian Kominfo telah melakukan penggelaran jaringan fiber optik. Hingga 2021, telah digelar lebih dari 359 ribu Km jaringan fiber optik baik di darat dan di laut Indonesia, termasuk Palapa Ring sepanjang 12.300 Km.

"Cakupan tersebut masih belum cukup, sehingga penggelaran fiber optik oleh Kominfo dan operator seluler masih harus terus kita lakukan. Di tahun 2022, kita masih membutuhkan penggelaran fiber optic di darat dan di laut untuk menghubungkan semua titik-titik yang belum itu sepanjang sekitar 12.083 KM seluruhnya," jelasnya.

Menurut Johnny jaringan tulang punggung Palapa Ring dengan panjang 12.300 Km akan ditambah ekstensi Palapa Ring sepanjang 12.083 KM di darat dan di laut pada tahun 2022. "Dengan demikian, diharapkan penggelaran fiber optic dapat memungkinkan utilisasi infrastruktur tulang punggung nasional menjadi lebih baik," tandasnya.

Johnny menyatakan total keseluruhan fiber optik nasional ditargetkan pembangunannya hingga tahun 2022 sepanjang 12.399 Km. Target itu akan melengkapi hampir 370 ribu Km fiber optik yang diperkirakan memiliki panjang lebih dari 9 kali lingkaran bumi.

"Kita membangun jaringan tulang punggung harus selesai dari ujung-ke ujung, kalau tidak selesai dari ujung ke ujung maka utilisasinya tidak akan bisa optimal. Saat ini Kominfo harus melengkapinya karena didorong oleh akselerasi transformasi digital, jika tidak, kita bisa menunggu operator seluler atau operator fiber optik membangunnya tapi entah kapan. Kita tentu tidak bisa menunggunya, kita harus melakukan percepatan," tandasnya.

Johnny menyatakan Pemerintah juga menargetkan pembangunan lapisan middle mile berupa microwave link, fiberlink, dan satelit untuk pemerataan akses infrastruktur digital. Khusus satelit, Kementerian Kominfo telah menyusun Peta Jalan Satelit Indonesia dengan menyiapkan satu high througphut satelitte atau SATRIA-1.

"Kita harapkan satelit ini akan diletakkan di orbit di kuartal ke-IV tahun 2023. Namun demikian, masih banyak kebutuhan satelit yang harus kita lakukan. Kita sendiri sedang menyusun dan menyiapkannya dengan harapan sampai dengan tahun 2024 nanti kebutuhan satelit kita menjadi lebih baik," katanya.

Menurut Johnny, makin banyak kapasitas yang disediakan, makin besar pula kapasitas satelit yang dibutuhkan. Namun, terdapat dua keuntungan yang bisa diambil yaitu memperlebar titik layanan dan meningkatkan kecepatan layanan satelit itu sendiri.

Baca Juga: