Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan inflasi pada Oktober 2018 sebesar 0,28 persen, sehingga laju inflasi pada tahun kalender atau Januari-Oktober 2018 mencapai 2,22 persen dan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) atau Oktober tahun lalu ke Oktober tahun ini 3,16 persen.

JAKARTA - Kepala BPS, Suhariyanto, di Jakarta, Kamis (1/11), menyatakan bahwa dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang disurvei, sebanyak 66 kota mengalami inflasi dan 16 kota menyumbang deflasi pada Oktober 2018. Inflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar 2,27 persen, dan terendah terjadi di Cilegon 0,01 persen.

Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Bengkulu 0,74 persen dan terendah di Tangerang 0,01 persen. Tingginya inflasi di Palu karena dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda kota tersebut pada akhir September lalu yang berakibat pada luluh lantaknya perekonomian di daerah itu. Selain itu, pasokan barang ke daerah tersebut sempat terhambat karena jalur masuk sempat terputus.

Secara nasional, jelas Suhariyanto. kenaikan harga cabai merah menjadi salah satu pemicu terjadinya inflasi pada Oktober 2018 sebesar 0,28 persen dengan andil inflasi 0,09 persen pada kelompok bahan makanan. Komoditas lain yang ikut menjadi penyebab terjadinya inflasi adalah bensin jenis pertamax, pertamax turbo, maupun pertalite, tarif sewa rumah, dan beras.

"Selain itu, kenaikan harga juga terjadi untuk jeruk, nasi dengan lauk, rokok kretek filter, besi beton, tarif kontrak rumah, semen, upah pembantu rumah tangga, emas perhiasan dan tarif jalan tol," katanya.

Sedangkan komoditas yang menekan inflasi karena mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi pada Oktober 2018, adalah telur ayam ras, tarif angkutan udara, bawang merah dan daging ayam ras. Untuk kelompok sandang mengalami inflasi tinggi pada Oktober 2018 yaitu mencapai 0,54 persen diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,42 persen.

"Inflasi paling besar dari kelompok perumahan berasal dari andil tarif sewa rumah yang menyumbang 0,03 persen serta tarif kontrak rumah, semen dan besi beton masing-masing 0,01 persen," katanya. Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat inflasi 0,27 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,26 persen.

"Kenaikan bahan bakar nonsubsidi menyumbang andil 0,06 persen, karena tanggal 10 (Oktober) ada kenaikan pertamax 700-900 rupiah per liter, pertamax turbo 1.350-1.500 rupiah per liter, sementara pertalite ada yang naik dan ada yang turun," katanya. Adapun kelompok bahan makanan ikut mengalami inflasi 0,15 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,09 persen dan kelompok kesehatan 0,06 persen.

Tujuh Kelompok

Dalam kesempatan terpisah, Kepala BPS Jawa Barat (Jabar), Doddy Herlando, mengatakan pada Oktober 2018, inflasi Jawa Barat mencapai 0,29 persen, sehingga laju inflasi tahun kalender 2,69 persen dan inflasi tahunan 3,48 persen.

Menurut Doddy, tujuh kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yaitu kelompok bahan makanan 0,06 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,09 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,40 persen.

Kemudian, kelompok sandang sebesar 0,94 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,06 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi dan keuangan sebesar 0,60 persen. Sementara kelompok kesehatan mengalami deflasi sebesar 0,27 persen.

ers/tgh/E-9

Baca Juga: