Industri semen nasional harus bisa bersaing di pasar global dengan mengurangi polusi yang dihasilkan dari proses produksi.

JAKARTA - Emisi yang dihasilkan dari produksi semen sangatlah tinggi sehingga mengancam kesehatan lingkungan sekitar. Padahal, saat ini tren pembangunan ke arah pembangunan berkelanjutan yang membutuhkan inovasi dari dunia industri.

Anggota Komisi VI DPR RI, Amin AK, menegaskan industri semen harus mampu menjawab dua isu penting ke depan, yakni masalah keberlanjutan dan lingkungan.

"Jejak emisi yang dihasilkan dari proses produksi semen sangat tinggi, baik emisi dari penggunaan bahan bakar saat pengolahan maupun emisi debu yang terbuang ke udara," tegasnya, di Jakarta, Minggu (26/3).

Selain itu, industri semen juga dituntut untuk mampu mengelola lahan tambang bahan baku semen, terutama dari sisi ekologis seperti keberlanjutan air tanah maupun penghijauan kembali lahan bekas pertambangan.

"Program-program semacam itu, bukan hanya bisa menjawab isu lingkungan dan keberlanjutan, namun juga menjadi syarat penting agar Semen Indonesia bisa masuk ke pasar Eropa, Amerika, dan Tiongkok," kata Amin.

Pembangunan infrastruktur, lanjut Amin, tak hanya soal konstruksi. Namun, bagaimana sebuah konstruksi dapat bertahan dan bernilai tinggi dalam jangka Panjang.

Selain itu, produk semen harus bersifat ramah lingkungan untuk mengurangi dampak pemanasan global.

"Saya berharap BUMN Semen mampu terus memproduksi produk berkualitas tinggi agar konstruksi dan properti yang dibangun negara dan rakyat bertahan lama atau awet. Ini bagian dari upaya penghematan nasional," ucap Amin.

Aksi Nyata

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, menegaskan upaya mengurangi emisi juga aktif dilakukan di sektor infrastruktur.

Dia mencontohkan, dalam menghadapi perubahan iklim, Indonesia telah memulai pembangunan infrastruktur persampahan, air limbah, dan air bersih di hampir 600 kota/ kabupaten di Indonesia, serta pembangunan bendungan/ waduk, irigasi, pengendalian banjir dan pengaman pantai, perumahan, jalan, dan jembatan.

"Ada juga proyek yang dilakukan bersama dengan pemerintah Korea seperti Proyek Infrastruktur Pasokan Air Bersih di Ibu Kota Baru Nusantara. Proyek ini bertujuan untuk menyediakan air bersih yang berasal dari Bendungan Sepaku Semoi dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan," ujar Menteri PUPR.

Basuki menambahkan, dalam waktu dekat akan ada kerja sama proyek lain, yakni fotovoltaik/panel surya terapung di beberapa bendungan yang baru dibangun.

"Semoga proyek-proyek tersebut akan berkontribusi pada upaya global pengurangan dan mitigasi emisi gas rumah kaca," katanya.

Menteri Basuki berharap platform green transition initiative (GTI) atau inisiatif transisi hijau yang diluncurkan dalam Konferensi Air PBB 2023 di New York, Amerika Serikat (AS), pekan lalu, menjadi alat penting untuk mempromosikan kerja sama internasional dan berbagi pengetahuan tentang teknologi hijau.

Baca Juga: