JAKARTA- Association of Oil & Gas Producer (IOGP) memperkirakan minyak dan gas (migas) tetap berkontribusi besar dalam ekonomi global hingga 2050. Bahkan, sektor tersebut masih dibutuhkan di tengah era transisi ke energi rendah emisi.

CEO IOGP, Graham Henley mengatakan organisasi penghasil migas itu bertujuan menyatukan industri secara global, dan mengimplementasikan praktik terbaik dalam menghadapi critical challenge pada industri migas.

"Kegiatan summit ini bertujuan untuk menempatkan IOGP di Asia Pasi_k sebagai mitra bagi industri dalam mengatasi isu penting tentang transisi energi, dan lebih khususnya, ketersediaan energi," kata Henley dalam pidato pembukaan pada IOGP Summit di Nusa Dua, Bali, baru-baru ini.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Noor Ari_n Muhammad yang turut hadir mengatakan energi fosil masih mempunyai peran signi_kan dalam memasok kebutuhan energi nasional saat ini. Pemerintah juga menetapkan target produksi nasional 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas perhari (BSCFD) pada 2030.

"Kami juga memiliki tugas untuk mengurangi emisi dari energi fosil, maka saat ini kami juga sedang mengatur regulasi mengenai carbon capture utilization storage/carbon capture storage (CCUS/CCS) untuk meningkatkan daya tarik investasi. Kami percaya dengan kerja keras, kerja sama, komunikasi, dan keterbukaan antar pemangku kepentingan dapat mendukung tercapainya ketahanan serta keberlanjutan energi, kata Noor Ari_n.

Kegiatan IOGP Summit 2023 mengusung tema Explore the Potential yang mempunyai _loso_ menggali potensi di berbagai aspek untuk memberikan kinerja terbaik dan menjaga keberlanjutan pasokan energi.

Peran Geomatika

Direktur Pengembangan dan Produksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Awang Lazuardi, selaku penyelenggara, mengatakan kehadiran para produsen di Bali untuk menggali peran krusial Geomatika dalam mendukung kegiatan operasional di lingkungan yang menantang seperti laut dalam, daerah terpencil, dan lapangan mature. "Hal ini sangat signi_kan untuk memastikan tantangan fokus utama yaitu keberlanjutan pasokan energi, terang Awang.

Apalagi kata Awang, industri hulu migas saat ini dihadapkan pada trilema energi, yaitu menyeimbangkan antara ketahanan energi (energy security), keterjangkauan (a_ordability), serta keberlanjutan (sustainability).

Baca Juga: